RT - readtimes.id

Kesetiaan Para Anjing yang Mengharukan

Judul : Anjing-anjing yang Setia
Penulis : Stephen Crane dkk
Penerbit : Pojok Cerpen
Tahun : Maret 2022
Tebal : vi + 135 hlm

Salah satu karakter hewan bernama anjing yang dilekatkan manusia kepadanya adalah: SETIA. Gonggongannya barangkali sering membuat orang gentar, namun pengabdiannya berupa menjaga dan membahagiakan tuannya sering kali membuat hati terharu. Anjing seperti ditakdirkan untuk mencintai dan berkorban kepada siapa yang memelihara dan menjaganya. Meski kerap kali mereka mendapatkan perlakukan yang tidak adil.

Kesan seperti itulah yang akan kita dapatkan seusai membaca buku cerita pendek, “Anjing-anjing yang Setia, Lima Cerita Anjing dari Lima Penulis Dunia”. Ditulis oleh lima penulis sangat terkenal dunia, buku ini menyajikan kepada kita kisah anjing-anjing yang nampak nakal namun memberikan senyum kepada seorang gadis; anjing yang menjaga tuannya meski harus ditukar dengan nyawa; anjing yang penuh kecurigaan terhadap tuannya; anjing yang misterius; dan anjing yang menjadi saksi (bisu) tuan perempuannya yang sedang menjalani kisah asmara yang ganjil dan gelap di sebuah kota.

Seperti telah disebutkan di atas, lima cerpen di dalam buku ini ditulis oleh lima sastrawan sohor dunia generasi abad 19 dan 20 awal. Ada Stephen Crane, pengarang Amerika yang dipandang paling inovatif dari generasinya. Ada pula Ivan S. Turgenev, pengarang Rusia yang salah satu bukunya, “Ayah dan Anak”, dianggap sebagai karya standar tulisan fiksi abad 19. Selain itu, ada Mary E. Wilkins Freeman, penulis Amerika yang memulai karirnya sebagai penulis cerita anak. Kemudian ada Jack London, juga pengarang Amerika yang paling terkenal dengan novel ringkasnya, “The Call of the Wild”. Terakhir, ada Anton Chekov, pengarang dan dramawan Rusia yang sangat produktif di masanya.

Dalam buku ini, Stephen Crane menulis cerita, “Kisah Si Anjing Coklat Tua”, Ivan S. Turgenev menulis “Si Anjing Pelindung”, Mary E. Wilkins Freeman menulis cerita “Si Gadis Kecil yang Takut Anjing”, Jack London menulis “ Menyalakan Api”, dan Anton Chekov menyajikan kita cerita, “Seorang Perempuan yang Berjalan dengan Anjing Kecilnya”.

Menggemaskan, sedikit membuat kita jengkel, namun sekaligus menghadirkan rasa haru yang menyesakkan. Ragam perasaan ini bercampur dengan padunya seusai membaca seluruh cerita. Baca saja cerita pendek pertama, “Kisah Si Anjing Coklat Tua”, yang ditulis oleh Stephen Crane. Dengan narator serba tahu, cerita ini mencoba memberi suara pada seekor anjing tentang apa yang sedang dia rasakan dan pikirkan. Cerita ini berkisah tentang persahabatan seorang anak dengan anjing coklat tua. Namun sayangnya keluarga si anak—setelah melalui rapat keluarga—tidak merestuinya untuk merawat anjing tersebut. Akhirnya anjing tersebut tinggal di ruangan terabaikan di rumahnya. Anak ini nampak kesepian, dan ayahnya digambarkan memiliki karakter atau sifat yang buruk. Sifat buruk inilah yang di bagian akhir cerita akan membunuh si anjing—ayahnya mabuk dan menyiksa si anjing dengan menendang-nendangnya dan menjatuhkannya dari lantai atas. Si anak sangat sedih dan duduk meratap di samping tubuh kaku si anjing coklat tuanya.

Kisah kedua, “Si Anjing Pelindung”, menghadirkan kisah yang cukup tegang namun menyesakkan di bagian akhir. Cerita pendek yang nyaris bernuansa monolog ini mengisahkan tentang laki-laki bernama Porfiry Kapitonitch semasa tinggal di perkebunan kecilnya di distrik Kozelsky. Dia berjumpa secara aneh dengan seekor anjing, dan di akhir cerita anjing itu mati untuk melindungi tuannya.

Kisah ketiga, “Si Gadis Kecil yang Takut Anjing”, memberikan cerita yang menghibur. Seperti bisa ditebak dari judulnya, ini tentang seorang gadis yang begitu takutnya pada seekor anjing, tapi seturut mengalirnya cerita, seusai mengurung anjing itu dengan taktik ‘licik’nya, ia merasa bersalah lalu membawakan anjing itu makan dan dimulailah persahabatan mereka.
Kisah keempat, “Menyalakan Api”, tentang perjalanan seorang laki-laki menuju perkemahan untuk berjumpa teman-temannya. Dalam satu perhentian, di musim dingin yang teramat dingin, dia berusaha menyalakan api untuk mengusir dingin, namun rupanya dia tak mampu melawan kehendak alam, dan meninggal di samping perapian. Ada seekor anjing bersamanya, dan dia hampir saja membunuh anjing itu demi menyelamatkan hidupnya dari rasa dingin yang tajam.

Kisah kelima atau terakhir, “Seorang Perempuan yang Berjalan dengan Anjing Kecilnya” adalah satu-satunya cerita yang bernuansa romansa di dalam buku ini: kisah seorang perempuan yang sedang mengunjungi satu kota karena masalah rumah tangga, lalu berjumpa dengan laki-laki yang juga memiliki masalah dengan istrinya. Mereka lantas saling jatuh cinta, namun sayangnya kisah mereka selamanya rentan dan gelap. Di tengah-tengah perjalanan jalinan cinta mereka yang ganjil, ada seekor anjing bersama mereka.

Memang, tidak semua cerita berkisah tentang anjing sebagai objek utama. Namun, kehadiran anjing menambah kuat cerita tersebut. Malah, jika kita renungkan secara dalam, karakter sebenar manusia dalam lima cerita tersebut justru menjadi terkuak berkat kehadiran sosok anjing. Betapa kejamnya manusia pada sosok lemah saat mereka hilang akal dan kendali pada diri sendiri seperti pada cerpen pertama. Betapa seorang anak yang penakut dan berwajah muram bisa tiba-tiba begitu bahagia dalam hidupnya setelah berteman dengan seekor anjing. Dan sebagainya.

Saya kira, tidak begitu berlebihan jika merekomendasikan buku ini kepada mereka yang ingin memahami tentang apa itu kesetiaan. Meskipun pada beberapa kebudayaan dan agama, Islam misalnya, anjing dipandang najis, namun tetap memiliki satu cerita tentang seorang pelacur Bani Israil yang dijamin masuk surga seusai memberi minum seekor anjing yang kehausan dengan wadah sepatu miliknya.

Jabal Rachmat Hidayatullah

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: