Readtimes.id – Dalam rangka mencegah dan memutus rantai penyebaran Covid-19 yang berpotensi meningkat, dikarenakan perjalanan orang dalam masa pandemi. Seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) dan keluarga dilarang bepergian atau melakukan perjalanan keluar daerah ataupun cuti pada periode 6-17 Mei 2021. Aturan larangan mudik ini tertuang dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 8 Tahun 2021.
Selain larangan mudik, pemerintah juga menetapkan aturan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) bagi ASN , meliputi gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan pangan, jabatan, atau tunjangan umum dalam bentuk uang. THR dijadwalkan akan disalurkan paling cepat 10 hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Aturan terkait THR yang ditetapkan pada 29 April 2021 ini, memberi respon yang berbeda-beda bagi para ASN. Pasalnya beberapa ASN kecewa atas besaran Tunjangan Hari Raya yang dipangkas tahun ini. Sesuai dengan regulasi yang berlaku. Semua ASN atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) menerima THR yang tidak ada komponen tunjangan kinerja di dalamnya.
Pulang ke kampung halaman sangat dinanti ketika menjelang hari raya besar keagamaan seperti lebaran, identik dengan tradisi tahunan bagi masyarakat kebanyakan di Indonesia. Dimana, pada kesempatan itu digunakan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang berada diperantauan. Fenomena mudik menjadi peristiwa yang mengharukan, terlebih bagi orang yang lama tidak bertemu dengan orang tua, keluarga dan sanak saudara. Akan tetapi pandemi Covid-19 mudik lebaran kembali di larang oleh Pemerintah. Dua tahun berturut-turut mudik dilarang oleh pemerintah. Lalu bagaimana dengan para penerima THR seperti bagi ASN, yang dulunya harus membeli baju lebaran, dan membagikan uang lebaran untuk sanak saudara di kampung?
Salah satu ASN di Rumah Sakit Umum Daya (RSUD) Kota Makassar bagian Nutrisionis Ahli Pertama Irna Dewi Yuningsi, S.Gz (28), tahun 2020 lalu tidak mudik lebaran disebabkan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Irna selaku PNS yang terangkat tahun 2019 lalu, merasa sedih ketika lebaran atau hari raya tidak berkumpul bersama keluarga.
“Akibat pandemi dan pelarangan mudik, sudah dua tahun saya tidak mudik dan lebaran bersama keluarga. Sangat merindukan berbagi rejeki bersama keluarga karena sudah menjadi tradisi tahunan. Saat ini, THR yang didapat hanya untuk kebutuhan diri dan mengirimkan kepada orang tua. Juga dipakai untuk belanja persiapan lebaran, kan tetap jalan lebaran walaupun bukan dikampung. Jadi tetap persiapan lebaran dengan membeli makanan selebihnya dipakai untuk keluarga dikampung. Rindu sekali dan mau pulang tapi bagaimana di‘ paling kami mengerti saja. Semoga pandemi segera berakhir dan semua orang bisa berkumpul kembali disaat lebaran,” ujarnya kepada readtimes.id, Kamis, 6 Mei 2021.
Irna mengakui bahwa pengeluaran lebih banyak ketika mudik sebab ada biaya transportasi, THR dibagi untuk keluarga dan sebagainya, berbeda ketika tidak pulang kampung, bisa menambung. Hal yang sama juga dialami oleh Wahyuni Hadrawi (32), ASN di Pemerintah Kota Makassar bagian nutrisionis di salah satu rumah sakit. Pandemi menjadi penghalang untuk tidak Mudik. THR yang didapatkan hanya untuk membeli perlengkapan hari lebaran misalnya membeli ayam, buras, ketupat, daging, bumbu dan sebagainya.
“Ada perbedaan ketika pulang kampung dan tidak pulang kampung. Perbedaan tingkat konsumsi atau belanja. Sebenarnya lebih banyak biaya kalau pulang kampung karena kita butuh akomodasi untuk pulang, belum lagi untuk THR orang di kampung halaman, karena tidak enak kalau pulang dan tidak membagi. Bersedekah untuk orang-otang di kampung. Tahun ini malah saya tidak bisa mudik. Paling dikirim sebagian untuk orang tua lewat transfer ke rekening,” ujarnya.
Namun, disisi lain terkait pengurangan THR, mereka sangat bersyukur sebab masih ada THR dari pemerintah. Melihat keadaan keuangan negara memang lagi berkurang. “Terima THR saja alhamdulillah, mungkin kita masih bersyukur sebagai ASN karena masih ada THR yang masih ditunggu dan bagaimana dengan masyarakat yang lain memang semua lini terdampak, masyarakat sekarang terdampak akibat Covid-19 dan pendapatan yang kurang, jadi kita alhamdulillah, meskipun dikurangi kita tetap bersyukur,” tambah Wahyuni
Sepertinya Wahyuni sudah menjadikan kebiasaan baru ketika tidak mudik. Meski awalnya sedih sekali seperti ada yang hilang dan masih belum terbiasa menghadapi lebaran tanpa bersama orangtua. Berkumpul bersama keluarga dan saling mengunjungi serta bersilaturahmi, hal yang dinanti tiap tahunnya ketika hari raya.
“Pertama kali lebaran, tidak di kampung itu lain sekali, saya tidak terbiasa untuk tidak berkumpul bersama keluarga besar di kampung halaman, siarah kemana-mana, dan tahun ini kayak santai dan tidak menggebu-gebu untuk mau pulang kampung. Saya mungkin mulai terbiasa dengan suasana baru yang tidak harus pulang kampung, jadi silaturahmi itu bukan pas momen tertentu saja. Kalau ada waktu baru pulang kampung.”
Berharap Covid-19 cepat berlalu dan perekonomian pulih kembali. Jika pandemi segera berlalu, bukan lagi menjadi penghalang untuk mudik dan THR bisa normal kembali.
2 Komentar