Readtimes.id– Pernahkah kamu mendengar istilah generasi sandwich? Generasi ini memiliki beban finansial sangat berat, karena harus menanggung hidup tiga generasi, yaitu orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya.
Istilah ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1981 oleh seorang Profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat bernama Dorothy A. Miller. Dorothy menyatakan 47 persen orang dewasa terjebak dalam generasi ini.
Kondisi tersebut dianalogikan seperti sandwich, sepotong daging terhimpit oleh dua buah roti. Roti tersebut diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak (generasi bawah), sedangkan isi utama sandwich berupa daging, mayonnaise, dan saus yang terhimpit oleh roti diibaratkan bagai diri sendiri.
Praktisi dan perencana keuangan Bonita Larope menjelaskan generasi sandwich ini dihasilkan karena adanya kegagalan orang tua atau generasi sebelumnya dalam pengelolaan keuangan. Penyebab utamanya adalah minimnya pengetahuan mengenai perencanaan keuangan.
“Bisa dari gaya hidup yang berlebihan dan salah mengelola keuangan. Gaya hidup hedonis, kece tapi kere. Akhirnya banyak hutang dan cicilan tiada akhir,” jelasnya.
Orang tua yang tidak memiliki perencanaan finansial yang baik untuk masa tuanya berpotensi besar membuat sang anak menjadi generasi sandwich berikutnya. Selanjutnya sang anak akan mengikuti jejak orang tuanya kelak sebagai orang tua yang tidak mandiri di masa tuanya, pada akhirnya rantai ini akan terus berlanjut.
Memutus mata rantai generasi sandwich bukanlah hal mudah. Perlu konsistensi dan usaha yang lebih besar untuk dilakukan. Tak perlu untuk merasakannya terlebih dahulu. Bonita mengatakan, Rencana keuangan yang baik adalah peta jalan yang menunjukkan bagaimana pilihan yang kita buat hari ini akan mempengaruhi masa depan kita.
“Agar sejarah tidak terulang, maka rantai generasi ini harus diputus dengan manajemen keuangan yang baik dan tepat,” jelasnya.
Bonita mengatakan sangat penting bagi orang tua untuk memiliki tabungan rencana. Yaitu tabungan dengan setoran rutin secara bulanan yang memiliki fasilitas auto debit dari rekening sumber ke rekening tabungan rencana dan penarikannya dibatasi sesuai ketentuan bank.
Selain itu, bagi orang tua yang bekerja sesegera mungkin untuk menyiapkan program keuangan di masa pensiun. Menyiapkan program pensiun dapat dilakukan dengan mendaftarkan diri ke Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Selanjutnya perlu untuk menyiapkan asuransi kesehatan agar di masa tua tidak banyak menghabiskan uang untuk biaya pengobatan. Hal lain yang juga tak kalah penting adalah biaya pendidikan anak.
“Jangan tiba masa tiba akal, sakit baru pusing cari uang di mana, begitu juga saat anak harus kuliah kelabakan bayar SPP. Sehingga penting untuk punya asuransi kesehatan dan tabungan untuk pendidikan anak,” jelasnya.
Hal terakhir penyebab rantai generasi sandwich adalah gaya hidup konsumtif. Bonita mengatakan, siapapun harus dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan serta menentukan skala prioritas mana barang/jasa yang perlu untuk dibeli atau dibiayai.
Untuk mendukung pemutusan rantai generasi sandwich, saat ini beberapa perusahaan sudah menggandeng generasi milenial untuk meningkatkan literasi keuangan mereka. Selain itu, peran media sosial juga cukup penting untuk menyadarkan pentingnya mengelola keuangan yang baik sedini mungkin.
“Saya senang karena sekarang di media sosial banyak edukasi keuangan, di tiktok misalnya. Melalui medsos saya rasa edukasi ini akan cepat sampai pada anak muda yang nantinya akan jadi orang tua,” pungkasnya.
Tambahkan Komentar