Readtimes.id – Pandemi tak selamanya bermakna krisis. Bagi sebagian orang, pandemi adalah peluang baru. Kondisi ekonomi yang memprihatinkan selama pandemi memunculkan kreatifitas baru dari pelaku usaha maupun pekerja yang terdampak.
Andi Santri misalnya. Lulusan sarjana hukum itu mampu mendulang rejeki di tengah pandemi. Pemuda yang akrab disapa Tri itu memilih berjualan pakan ikan hias cacing beku (cabek). Kedengarannya mungkin sepele. Untung dari penjualan perbijinya pun kisaran dua hingga tiga ribu rupiah. Tapi karena Tri mampu menjual puluhan kilo dalam hitungan hari, bisnisnya ini bukan lagi urusan sepele.
Tri juga bernasib sama dengan banyak perkerja lain di Indonesia; gajinya harus dipangkas karena kebijakan efisiensi dari kantornya. Beruntung namanya tak masuk dalam daftar karyawan yang harus dirumahkan.
Kondisi itu membuat dia memutar otak untuk menemukan sumber pendapatan lain. Dia melihat ada prospek bagus dari berjualan pakan ikan. Apalagi tren memelihara ikan hias meningkat selama pandemi. Untungnya memang kecil. Tapi Tri melihat pakan adalah komoditas yang perputarannya cepat.
“Orang-orang (penghobi ikan hias) itu lebih pilih menunda makan untuk dirinya daripada ikannya tidak makan,” kata Tri kepada Read Times, Minggu (3/1/2021).
Saat ini Tri mampu menjual sedikitnya 80 kilogram cacing beku dalam seminggu. Itupun karena supplai dari pemosok menurun akibat banjir di daerah Bogor. Jika bukan musim penghujan, Tri bisa menjual ratusan kilo. Tokonya dikenal dengan nama Andif_IkangBale.
Tak beda jauh dari Tri, Ilham, pemuda asal kota Makassar, sukses membangun bisnis budi daya ikan cupang selama masa pandemi. Omset nya tak main-main; puluhan juta rupiah dalam sebulan. Pendapatan bersih dari bisnisnya itu bahkan melampaui gajinya di perusahaan plat merah tempatnya bekerja selama ini.
Ilham sebenarnya tak punya niatan menjalani bisnis itu. Awalnya dia membeli 2 ekor ikan cupang hanya untuk mengisi waktu luang selama tinggal di rumah akibat kebijakan Work From Home (WFH) di kantornya. Namun kebijakan WFH itu ternyata juga memangkas sebagian gajinya hingga jutaan rupiah karena tunjangan makan dan transportasi yang dihitung berdasarkan kehadiran tak lagi dibayarkan.
Lulusan sarjana teknik itu melihat ada propek yang menjanjikan dari berjualan ikan cupang. Dia membeli 2 ekor indukan, lalu dikawinkan, dibesarkan, kemudian dijual ke para penghobi. Peminatnya tak sedikit. Ikan cupang memang menarik sebagai hoby karena selain warnanya cantik, pemeliharaannya pun mudah.
“Dari 100 ekor burayak (bayi ikan cupang), setidaknya 20 ekor yang warnanya bagus dan laku di pasaran. Harganya muali dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah,” kata Ilham, saat Read Times berkunjung ke tempatnya, di Makassar, Selasa (5/1/2021).
Kini Ilham sudah mulai dikenal dikalangan penghobi cupang dengan nama Bet200. Pasarnya pun tak hanya di Makassar. Dalam hitungan bulan, dia sudah menjangkau pasar hingga pulau Pupua.
Meski kebijakan WFH di kantornya telah dicabut, Ilham masih melanjutkan bisnis ikan cupangnya hingga kini. Peminatnya masih banyak. Lahan pembesaran ikannya pun semakin bertambah.
Tambahkan Komentar