RT - readtimes.id

Pelaksanaan Program Penulisan dan Penerjemahan Buku Cerita Anak Dwibahasa Dinilai Tidak Transparan, Balai Bahasa Sulsel Beri Penjelasan

Foto: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Readtimes.id– Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, Ganjar Harimansyah, memberikan penjelasan terkait pelaksanaan program “Penulisan dan Penerjemahan Buku Cerita Anak Dwibahasa” yang belakangan mendapatkan protes dari peserta karena dinilai tidak transparan dalam pelaksanaannya. 

Adapun beberapa persoalan yang dikeluhkan diantaranya adalah terkait kegunaan sertifikat Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) sebagai persyaratan mengikuti program , formasi tim penerjemah, tidak adanya peserta tahun sebelumnya yang lolos pada program tahun ini dan penilaian untuk mereka yang mengikuti program ini secara tim atau berkelompok. 

“ Jadi begini soal UKBI itu memang adalah instrumen kami untuk memastikan bahwa produk Balai Bahasa ini bebas dari kesalahan ejaan. Namun dari hasil seleksi kemarin yang kami temukan memang ada UKBI-nya tinggi namun naskahnya kurang memenuhi kriteria yang kami tentukan. Menyikapi ini tentunya kami tetap mendahulukan naskah yang berhasil dinilai tinggi itu, “ terang Ganjar pada Readtimes, Kamis 30 Mei 2024. 

“  Dan ini sekali lagi bukan sayembara. Ini ada aspek pembinaan didalamnya. Jadi, memang tetap kami utamakan UKBI tapi itu bukan syarat wajib ya. Semua peserta tetap harus memenuhi kriteria dan kelengkapan administrasi naskah buku cerita anak, “ tambahnya. 

Ganjar mengatakan banyak peserta yang tidak lolos karena  karyanya tidak memenuhi persyaratan atau kriteria yang ditentukan oleh Balai Bahasa Sulsel. Adapun beberapa contoh kriteria yang tidak dipenuhi oleh peserta dalam naskah yakni, ide cerita yang tidak segar dan  tidak dicantumkannya kategori usia pembaca. Menurut Ganjar tentu akan berbeda bahasa yang digunakan untuk anak SD dan TK B1 maupun B2. Hal ini yang menurutnya luput dari perhatian peserta. 

Adapun soal formasi penerjemah yang yang diinformasikan tiba-tiba muncul dalam pengumuman yang sebelumnya tidak ada. Menurut Ganjar hal itu telah terjawab dalam juknis ( petunjuk teknis) program tersebut. 

“ Kalau teman-teman betul-betul mencermati juknis itu memang ada peserta yang dipilih karena karyanya bagus, ada juga yang karena terjemahannya bagus. Jadi memang ada kemarin teman penulis kami pilih mereka bukan karena hasil kepenulisan ya, tapi karena hasil terjemahannya yang bagus. Di dalam juknis itu sudah ada tautan-tautan tentang penilaian yang bisa dicermati oleh peserta, “ ucap Ganjar. 

Adapun menanggapi terkait tidak adanya peserta tahun lalu yang lolos pada program tahun ini menurut Ganjar karena para peserta tidak mempunyai ide segar yang ditawarkan dalam cerita dan masih berpatokan pada tata cara penilaian tahun lalu. 

“ Mungkin saja yang lalu mengirim kembali tapi masih dengan cara yang lama. Apalagi sekarang kan kami diarahkan oleh pusat temanya itu berkaitan dengan iklim, flora fauna bagaimana perlindungannya, perubahan lingkungan yang nampaknya kurang dipahami oleh teman-teman. Saya mau sampaikan  tema didaktisnya jangan ditonjolkan instruksional. Perlu juga diperhatikan nilai kearifan lokalnya. Misal bagaimana sih suku Bugis atau Mandar dalam mendaur ulang barang bekas. Jadi, bukan hanya cerita tentang daur ulang barang bekas dari bahasa Indonesia diterjemahkan ke bahasa Bugis atau Mandar. Itu sudah beda, “ terangnya. 

Sementara penjelasan terkait peserta yang mendaftarkan diri secara kelompok atau tim namun tidak semuanya lolos ikut bimtek itu karena memang Balai Bahasa hanya memfasilitasi satu orang saja dalam bimtek tersebut. 

“ Jadi harus dipahami ini bukan sayembara tapi pembinaan. Jadi kami hanya memfasilitasi 1 orang saja ikut Bimtek. Kalau pun dalam kelompok itu ada yang dari penerjemah maupun Ilustrator yang mau ikut silakan, tapi mohon maaf sebelumnya karena biaya pembinaannya harus ditanggung sendiri, karena kami hanya memfasilitasi satu orang. Ini yang harus dipahami oleh peserta, “ ungkap Ganjar. 

Ganjar berharap ke depan peserta lebih memahami kembali aturan teknis yang dibuat oleh penyelenggara agar tidak ada kekecewaan di belakang. Pihaknya mengaku terbuka dengan saran atau pun kritikan yang disampaikan oleh peserta untuk program Balai Bahasa yang lebih baik. 

Editor: Ramdha Mawadha 

Jabal Rachmat Hidayatullah

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: