Kabar gembira untuk kita semua, Program Kartu Prakerja gelombang ke 12 akan dibuka. Program yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi angkatan kerja, meningkatkan produktifitas angkatan kerja serta mengembangkan kewirausahaan ini, kembali akan ramai diserbu pendaftar.
Jika lolos, peserta akan mendapatkan uang intensif sebesar Rp600.000 dalam 4 kali pencairan. Dana ini bisa digunakan untuk membuka usaha dan/atau mengembankan usaha. Di masa pandemi ini, siapa sih yang tidak membutuhkan dana tambahan?
Progam Kartu Prakerja sendiri adalah program bantuan biaya pelatihan dan insentif bagi para pekerja/buruh yang dirumahkan, pencari kerja, serta pelaku usaha mikro dan kecil yang kehilangan pekerjaan dan/atau mengalami penurunan daya beli akibat pandemi Covid-19 serta pekerja yang membutuhkan peningkatan kompetensi.
Namun, yang jadi kendala tidak semua orang bisa lolos. Hanya mereka yang berhasil lolos verifikasi kemudian boleh melanjutkan program ini. Pada gelombang 11 misalnya, sebanyak 43 juta pendaftar hanya 5,9 juta yang diterima.
Lalu bagaimana dengan mereka yang telah menerima Kartu Prakerjanya?
Jumiati salah seorang sarjana Hukum yang mengikuti kelas pelatihan bisnis online di Instagram berbagi kisah. Menurutnya, Prakerja tidak menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan.
“Menurut saya Program Prakerja ini tidak semua orang bisa dia bantu untuk dapat pekerjaan, buktinya saya,” tuturnya setengah bercanda pada readtimes.id
Ia melanjutkan untuk materi pelatihan yang ia dapatkan sangat membantu tetapi dalam mengaplikasikannya banyak yang perlu dipersiapkan. Apalagi bagi pemula dalam berbisnis sepertinya butuh banyak hal untuk kemudian bisa menjalankan bisnisnya.
“Materi yang saya terima kemarin sangat membantu cuma karena belum mengaplikasikan jadi belum bisa memulai bisnis,” pungkas Jumiati.
Lain halnya dengan pemuda bernama Dien, salah seorang sarjana Kelautan. Ia punya tujuan yang berbeda, yang pertama karena program pelatihan yang ditawarkan dalam hal ini untuk kebutuhan test toefl dan yang kedua karna intensifnya.
“Kalau belajarnya sih kurang efektif, tapi kalau intensifnya ya tercapai,” tuturnya kepada readtimes.id
Pada kenyataanya banyak yang bernasib sama seperti dua kisah pemuda-pemudi di atas dan tidak sedikit yang bernasib berbeda dengan mereka berdua.
Kamu, bagaimana?
Tambahkan Komentar