Judul : Vagina, Kuasa dan Kesadaran
Penulis : Naomi Wolf
Penerbit : Odise Publishing
Tahun : Mei 2021
Tebal : 124 halaman
“Kita telah memahami vagina dengan sangat salah, dan membatasinya hanya pada permukaan saja.”—Naomi Wolf.
Susah dipungkiri betapa berat mencari kalimat pembuka yang tepat untuk ulasan buku yang bertemakan perihal sensitif dan dianggap tabu: vagina. Definisi dan tafsir atas bagian sensitif tubuh perempuan ini didominasi oleh kaum misoginis yang menganggap batas area bagian ini hanya mencakup permukaan saja, yang terlihat dan bisa disentuh. Parahnya lagi, perannya hanya dinilai berkaitan dengan hal-hal bersifat erotis semata.
“Vagina: Kuasa dan Kesadaran” yang ditulis oleh Naomi Wolf, seorang feminis gelombang ketiga dari Amerika Serikat ini, hendak merubuhkan tembok tabu itu, lalu mengajak kita dengan nyaman dan reflektif memahami bagian sensitif tubuh perempuan tersebut. Rasa-rasanya, buku ini baik dibaca oleh laki-laki maupun perempuan. Untuk laki-laki, dia berguna agar tumbuh kesadaran menghormati perempuan. Untuk perempuan, bermanfaat agar mengenal lebih dalam tubuh atau dirinya sendiri, dan sadar bahwa tubuh dan diri mereka begitu kompleks dan berharga.
Ditambah pula dengan gaya narasi Wolf yang bernuansa personal, ditulis seperti prosa fiksi, selalu dibuka dan ditutup dengan hal pribadi. Kita seakan membaca jurnal harian berpadu dengan jurnal ilmiah. Kita akan menemukan keintiman dan emosi dalam jurnal hariannya, dan mendapatkan informasi berharga dan valid dari jurnal imiliahnya. Dan itu seakan mewakili setiap karakter perempuan.
Maka lengkap sudah buku “Vagina Kuasa dan Kesadaran” yang relatif tipis ini, seratusan halaman dan terdiri dari lima bab saja, akan mengajak kita bertualang ke dalam sejarah sosial vagina, mengeksplorasi bagaimana sumbangsih perilaku positif atas vagina terhadap kreatifitas, rasa percaya diri, dan kesadaran perempuan, dan lebih jauh bagaimana identitas terbentuk dari wacana vagina ini.
Sebagaimana disebutkan di paragraf pertama ulasan ini, definisi misoginis atas vagina cenderung memberi batasan bahwa area ini hanya berkisar pada introitus atau lubang vagina, bagian organ seks perempuan yang dianggap paling luar. Sementara bagi Wolf, vagina itu keseluruhan organ seks perempuan, dari labia sampai klitoris sampai introitus sampai mulut serviks.
Kenapa penting bagi Wolf membuat definisi ulang atas vagina ini? Karena dia akan berkonsekwensi pada apresiasi terhadap perempuan itu sendiri. Dengan definisi yang lebih lengkap oleh Wolf, ditunjang oleh hasil penelitian terbaru atas seksualitas perempuan kontemporer, kita diajak untuk menyadari bahwa syaraf-syaraf dalam tubuh perempuan banyak terhubung ke vagina dalam definisi Wolf. Syaraf-syaraf yang tentu saja akan mempengaruhi aspek emosi dan psikologi perempuan. Sehingga, kesimpulan yang bisa ditarik adalah: aktifitas vagina akan turut mempengaruhi aspek-aspek yang telah disebutkan: emosi hingga psikologi. Rumit, bukan?
Setelah memberikan penekanan khusus pada usaha mendefinisikan ulang vagina, Wolf kemudian mengajak kita lebih jauh mengeksplorasi sejarah sosial vagina di masa lalu. Wolf membicarakan sejarah perempuan di masa lalu yang kita tahu bersama dikangkangi habis-habisan oleh patriariki. Selain itu, Wolf juga menghamparkan analisanya terhadap novel yang ditulis kaum perempuan di era-era tertentu, hubungan vagina dengan kreatifitas dan rasa percaya diri, hasil penelitian atas tubuh dan seksualitas perempuan, dan sebagainya.
Intinya: betapa kompleksnya vagina itu, berbeda dengan organ intim laki-laki. Sarafnya begitu rumit, namun selama ini definisinya kadung didominasi oleh kaum misoginis.
Membaca buku ini akan membawa kita, khususnya kaum laki-laki (terkhusus lagi yang tak sadar telah terperangkap oleh pemikiran misoginis) pada kesadaran bahwa betapa kompleks organ perempuan bernama vagina itu. Dia mengajak kita mengenal lebih dalam seksualitas dan tubuh perempuan kaitannya dengan aspek psikologi, emosi, hingga daya kreatifnya.
Tambahkan Komentar