Readtimes.id — Berawal dari temuan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur pada 5 Mei 2022, publik kini tengah dihebohkan dengan penyakit FMD (Foot and Mouth Disease) yang menyerang hewan ternak sapi
FMD (Foot and Mouth Disease) atau dalam bahasa Indonesia PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh infeksi sebuah virus. Umumnya virus ini akan menyerang hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, babi, kerbau, dan unta.
Penyakit FMD sebelumnya pernah menyebar di Indonesia 100 tahun lamanya dan pada tahun 1986 Indonesia mendeklarasikan bebas dari virus FMD. Akan tetapi setelah 36 tahun lamanya, Indonesia kembali mengalami kebobolan, virus FMD kembali masuk menyerang hewan ternak di akhir April 2022 ini.
A. Agung PJ Wahyuda, selaku Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Sulawesi Selatan menjelaskan beberapa penyebab munculnya virus ini.
“Menurut pandangan saya, karena kita berada di negara kepulauan sehingga daerah yang tidak terkontrol oleh petugas cukup luas, sehingga mudah sekali orang-orang dari luar Indonesia untuk memasukkan hewan ternak, daging dan lain-lain secara informal melalui pintu masuk di daerah pantai yang tidak terkontrol tadi. Hewan ternak yang masuk melalui jalur informal tadi, tidak diketahui status penyakitnya secara pasti, apakah ternak yang dibawa masuk bebas dari virus atau tidak,” jelasnya pada Readtimes.id (9/05).
Hingga saat ini, hewan ternak yang terjangkit penyakit FMD belum bisa disembuhkan. Para peneliti masih mencari tahu tentang obat seperti apa yang cocok diberikan untuk para hewan ternak yang tertulas FMD.
Sehingga hewan ternak yang terjangkit penyakit FMD akan sulit diselamatkan karena memiliki tingkat morbiditas di angka 90 – 100%.
“Dulu Indonesia memiliki vaksin untuk para hewan ternak, tapi saat ini belum ada, jadi kita harus berjuang habis-habisan untuk membantu para peternak agar hewan ternak yang terjangkit dapat ditangani dengan baik. Vaksin yang akan diimpor dari luar juga harus diperhatikan, tidak asal memberi vaksin, karena harus sesuai atau ‘homolog’ jenis vaksinnya dengan jenis virus yang ada pada hewan ternak di Indonesia,” ujar ketua PDHI cabang Sulawesi Selatan itu.
Karena penyakit ini belum memiliki obat, sehingga yang harus dilakukan oleh para pemilik ternak adalah melakukan pencegahan. Salah satu pencegahan yang dilakukan peternak adalah dengan melakukan ‘Biosekuriti’. Memperhatikan faktor risiko yaitu Orang (petugas, peternak dll) yang berpeluang sebagai penular, Barang (peralatan, benda-benda dll) yang terkontaminasi harus disingkirkan dan Hewan (hewan rentan yang telah tertular) harus di-isolasi.
Dokter A. Agung menjelaskan beberapa langkah pencegahan untuk terhindar dari penyakit FMD ini, diantaranya melakukan 3R yaitu Reporting (melaporkan), Respect (Peduli), dan Respon.
Pencegahan dengan langkah Reporting adalah melakukan pelaporan kepada dinas peternakan jika hewan ternak mulai menunjukkan gejala seperti berliur, terjadi pembengkakan, suhu tinggi, dan mulut melepuh seperti sariawan, serta area ruas kuku luka-luka. Hal tersebut menjadi gejala pada hewan ternak terkena FMD.
Langkah pencegahan kedua dengan Respek atau peduli dengan lingkungan sekitar seperti tetangga. Jika hewan ternak sudah terjangkit FMD maka jangan lakukan pemindahan tempat untuk hewan ternak. Jangan pula menyatukan hewan ternak dalam satu kandang karena penularanya terjadi sangat cepat sekitar 2 hingga 4 hari.
Lalu langkah terakhir adalah Respon. Para pemilik ternak harus merespon pemerintah terkait kejadian yang terjadi, selain itu, pemilik ternak juga harus mengikuti instruksi pemerintah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Selain ketiga tahap pencegahan diatas, masyarakat khususnya pemilik ternak harus memperhatikan kebersihan kandang ternak, memperhatikan kondisi ternak, dan melakukan biosecurity tadi.
1 Komentar