RT - readtimes.id

Terapi Plasma Konvalesen, Harapan Baru Pasien Covid-19

Readtimes.id– Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah berlangsung kurang lebih 1,5 tahun terakhir, namun hingga saat ini belum ditemukan obat pasti untuk menyembuhkan. Salah satu terapi pendukung dalam yang cukup populer belakangan adalah terapi plasma konvalesen.

Hingga saat ini efektivitas terapi plasma konvalesen terhadap penyembuhan Covid-19 terus diteliti. Beberapa negara masih merekomendasikan penggunaan terapi ini pada kasus-kasus dengan gangguan imunitas dan memiliki komorbid.

Suatu penelitian uji klinis dengan sampel besar di Inggris pada awal tahun 2021 (RECOVERY trial) menyimpulkan bahwa terapi plasma konvalesen tidak memberikan perbedaan bermakna dalam hal angka kematian dan lama perawatan di rumah sakit. Namun, karena beberapa pengalaman klinis memberikan manfaat yang baik, maka terapi ini masih digunakan sampai sekarang.

Dokter Randhy Fazralimanda, Sp.P.D mengatakan, plasma konvalesen sendiri didapatkan dari pasien Covid-19 yang telah sembuh. Antibodi atau imunoglobulin ini diambil dari pasien yang pernah terinfeksi kemudian diberikan kepada pasien Covid-19 yang membutuhkan sesuai dengan klinis pasien dan penilaian dari dokter yang merawat.

“Dengan diberikannya antibodi ini, diharapkan terjadi proses netralisasi terhadap virus dalam tubuh penderita. Berbeda dengan vaksinasi, di mana diberikan virus yang dilemahkan atau bagian virus sebagai antigen ke dalam tubuh orang sehat, sehingga diharapkan badan akan secara alami membentuk antibodi sendiri,” ujarnya.

Awalnya terapi plasma konvalesen diberikan pada pasien dengan gejala berat dan mengancam nyawa. Namun, seiring dengan berkembangnya penelitian mengenai terapi ini, pemberian terapi plasma konvalsen pada derajat lebih awal, bersamaan dengan terapi standar lainnya, dapat memberikan hasil yang lebih baik, terutama pada pasien dengan gangguan imunitas dan memiliki komorbid.

Dokter Randhy juga menerangkan bahwa pendonor yang dapat memberikan plasmanya haruslah pasien yang sudah pernah terinfeksi Covid-19, sudah dinyatakan sembuh dan bebas gejala setidaknya 14 hari, berusia 18-60 tahun, memiliki jumlah antibodi dengan kadar tertentu yang dibuktikan dengan pemeriksaan antibodi SARS CoV-2.

Selain itu, juga harus memperhatikan waktu pemberian terapi ini dan harus berdasarkan pertimbangan klinis dokter yang merawat. Sebab pemberian terapi plasma konvalesen bukan tanpa risiko. Reaksi transfusi yang dapat terjadi pada pemberian transfusi produk darah lainnya dapat terjadi pula pada saat inisiasi terapi plasma konvalesen.
“Gejala seperti demam, reaksi alergi seperti gatal hingga syok, kelebihan cairan dan peningkatan risiko penggumpalan darah dapat terjadi,” tambahnya.

Hal ini membuktikan bahwa terapi plasma konvalesen ini memang harus diberikan pada sarana kesehatan yang memadai dengan pemantauan ketat dari ahlinya.

Fransiska Ignasia

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: