readtimes. id- Jika anda adalah salah satu dari 9,77 juta orang yang kehilangan pekerjaan karena pandemik covid-19, maka membeli mobil mungkin jadi prioritas kesekian dalam rencana keuangan anda.
Demikian gambaran sederhana prospek industri otomotif Indonesia di tahun 2021. Hal itu diperkuat oleh pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno. Dia memprediksi industri otomotif masih lesu karena lemahnya daya beli masyarakat akibat pandemik.
“Orang jadi berfikir dua kali buat beli produk otomotif seperti mobil kan. Jadi pada 2021 nanti masih stagnan untuk industri otomotif ini,” ujarnya.
Hal itu senada dengan pandangan Dr. Agus Syam. Pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Makassar (UNM) itu mengatakan sektor otomotif 2021 sangat bergantung pada tingkat daya beli masyarakat.
“Masyarakat pasti menggunakan skala prioritas (dalam kondisi covid, red)” ujarnya, saat dihubungi Readtimes.id
Agus juga menilai perlu adanya kebijakan pemerintah untuk menstimulus kembali sektor otomotif di tahun depan, misalnya menurunkan pajak impor kendaraan. Penghapusan pajak impor kendaraan bermotor memang pernah jadi wacana di bulan Oktober lalu, namun Menteri Keuangan, Sri Muliani, menolaknya.
Data Gabungan Industri Kendaran Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penjualan mobil pada September 2020 mencapai 43.362 unit. Angka itu memang naik 13,1% dibanding bulan sebelumnya sebesar 37.655 unit.
Tapi bgaimanapun, angka itu masih turun 47,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Data Kementrian Perindustrian juga menyebutkan ada penurunan 68.47% dari tahun 2019.
Berbeda dengan mobil baru, penjualan mobil bekas justru mengalami peningkatan drastis selama pandemik. Prospek bisnis mobil bekas diprediksi masih menjanjikan di tahun 2021.
CARRO, salah satu perusahaan mobil bekas, mengatakan permintaan mobil bekas melonjak 600% selama pandemik covid-19 di tahun 2020.
Hal ini kemungkinan disebabkan beberapa faktor. Pertama, banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat pandemik memilih mobil untuk menjalankan usaha sampingan. Ini masuk akal. Harga mobil jauh lebih murah daripada membeli ruko. Dari segi mobilitas, mobil juga lebih baik untuk menjangkau titik pelanggan. Kemudian dibanding membeli mobil baru, mereka lebih memilih mobil bekas, fungsi yang sama tapi dengan harga yang lebih murah.
Kedua, selama pandemik muncul tren baru masyarakat memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada transportasi publik. Hal itu untuk menghindari kontak fisik dengan orang lain. Bagaimana dengan daya beli? Data Bank Dunia menunjukkan 44.5% masyarakat Indonesia adalah kelompok menengah menuju atas. Kelompok ini terdidik, memiliki kesadaran kesehatan, dan sepanjang tahun berkontribusi besar pada konsumsi domestik. Artinya 44.5% rakyat Indonesia masih mampu membeli kendaraan bekas demi menghindari kontak fisik dengan orang lain.
Bagaimanapun, Industri mobil baru harus jadi perhatian serius. Sektor ini memiliki turunan industri sangat banyak yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi. Maka selain berharap pada stimulus pemerintah, pelaku industri otomotif juga harus bertransformasi digital dan beradaptasi dengan kondisi pandemik untuk menjangkau pelanggan.
1 Komentar