Di era teknologi canggih sekarang ini, gawai atau gadget menjadi benda yang tak bisa lepas dari tangan. Hampir seluruh aktivitas sehari-hari kini bergantung dengan benda kecil ini. Dampak kecanggihan teknologi ini tak hanya dirasakan oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak juga turut terpengaruh yang juga membawa perubahan pada aktivitas kita.
Gadget atau gawai merupakan seluruh instrument berteknologi canggih dengan ukuran yang lebih kecil dan memiliki screen. Melihat gadget terlalu lama dan tidak diatur dapat mengakibatkan mata menjadi lebih mudah lelah(stress mata). Kondisi yang disebut stres mata ini terjadi ketika mata menjadi tegang dan lelah akibat melihat atau menatap sesuatu dalam waktu yang lama misalnya berjam-jam dalam sehari. Stres mata ini dapat membuat mata terasa kering, berair, perih, panas, gatal, bahkan dapat menyebabkan pandangan kabur, oleh karena melihat screen gadget dengan ukuran font-nya yang kecil dalam waktu yang cukup lama.
Menurut Dokter Spesialis Mata dr. Andreas Surya Anugrah, Sp.M, CP.NLP “Kebanyakan orang saat menatap gadget akan semakin jarang berkedip, kurangnya kedipan mata ini akan memperparah stres pada mata salah satunya adalah mata kering. Normalnya seseorang berkedip 15-20 kali per menit. Saat seseorang sedang asyik dan seriusnya menatap gadget, kedipan mata menjadi lebih jarang dan kurang, sehingga kelembapan di permukaan bola mata tidak terjaga dan mengakibatkan mata menjadi kering, perih, merah dan sejenisnya. Menatap gadget dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan kerja otot otot mata menjadi besar dan membuat mata lelah akibat fokus pada tulisan kecil pada screen gadget yang terlalu lama. Khususnya pada anak, melihat screen gadget atau laptop yang tidak diatur dapat mengakibatkan gangguan penglihatan seperti myopia (rabun jauh) dan astigmatisma.”
Menurut rekomendasi American Academy of Ophthalmology dan American Association of Pediatry sebaiknya anak usia kurang dari 2 tahun tidak diberikan gadget. Anak mulai usia 2-5 tahun boleh memakai gadget namun dengan pengawasan dari orangtua.
“Dengan demikian dapat dilakukan penanganan dan pengobatan segera. Apabila gangguan penglihatan pada anak terabaikan maka dapat berakibat munculnya penyakit mata lain seperti amblyopia (lazy eye), bahkan juling pada anak (strabismus). Oleh karena itulah, agar terhindar dari semua kelainan mata tersebut semestinya para orangtua memberi perhatian khusus pada anaknya terutama saat belajar online di rumah di era pandemi ini bahkan di masa-masa mendatang dimana seluruh aktivitas akan dilakukan secara on-line, tambah dokter Andreas.”
Seiring berjalannya waktu, pengabaian yang lama dapat mengakibatkan munculnya kelainan atau gangguan penglihatan yang nyata. Maka, Seimbangkanlah antara memakai mata dengan istirahat mata. Waktu istirahat mata sangat penting. Saat mata beristirahat maka seluruh komponennya termasuk otot-otot mata akan relaksasi dan menghimpun kekuatannya kembali.
Seperti Mesin bila dipaksa melebihi kapasitasnya akan bermasalah, demikian juga organ tubuh kita, membutuhkan istirahat. Jadi, di tengah pembelajaran online, pekerjaan online, aktivitas online melihat screen berjam-jam saat ini, jangan lupa untuk memberi waktu istirahat pada mata.
Apabila anak sudah mulai mengalami keluhan seperti jarak mata saat menonton TV semakin dekat, sering memicingkan mata, mengeluhkan sakit kepala/pusing, malas belajar bahkan prestasi sekolah menurun, maka sebaiknya anak diperiksakan ke Dokter Spesialis Mata. Edukator Kesehatan Mata-Edukasi Mata Sehat (EMAS) dari @doktermataanda siap melayani.
Tambahkan Komentar