Readtimes.id- Sejumlah komoditas pangan menjelang hari raya mengalami kenaikan. Akibat pandemi, di awal Januari 2021 pun harga mengalami kenaikan. Misalnya cabai, kedelai hingga bawang merah. Kenaikan tersebut bukan indikasi bahwa daya beli masyarakat mulai membaik. Sebab, selama pandemi masih berlangsung tekanan terhadap kelompok masyarakat bawah dinilai masih akan besar. Mereka yang masih kehilangan pekerjaan dan income tetap akan memiliki keterbatasan daya beli. Meski pergerakan harga tergantung permintaan dan pasokan. Namun, seiring pelanggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di masa pandemi Covid-19, aktivitas ekonomi mulai berangsur membaik. Resto dan hotel mulai kembali beroperasi dan meningkatkan permintaan produk-produk pangan.
Disisi lain, kenaikan harga di bulan April bertepatan dengan bulan Ramadhan dimana siklus permintaan akan kebutuhan meningkat. Meskipun situasi pandemi, aktivitas masyarakat mulai mengalami pergerakan. Mobilitas sudah mulai ada, sehingga permintaan terhadap khususnya barang kebutuhan pokok atau bahan makanan mengalami peningkatan harga. Terjadi inflasi yang lebih tinggi dibanding dengan bulan sebelumnya, yang setiap tahunnya selalu terjadi seperti itu. Alamiah karena siklus, ketika kebutuhan banyak, masyarakat yang mau membeli barang juga meningkat, sehingga akan terjadi kenaikan harga.
Prediksi Bank Indonesia bahwa April 2021 akan mengalami lonjakan harga kebutuhan namun dalam hal yang wajar. Sebab ada batasan inflasi yang sudah ditetapkan. Asumsi APBN tahun 2021 tetap seperti tahun sebelumnya yaitu inflasi perkiraan sekitar 3 persen. Inflasi yang terjadi normal, sesuai dengan siklus dan dalam satu tahun ada beberapa bulan, yang terjadi peningkatan siklus musiman dimana terjadi kebutuhan permintaan yang lebih meningkat.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Abd Hamid Paddu, MA mengatakan, setiap Ramadhan sampai tahun baru permintaan masih tinggi. Karena ada aktivitas ibadah, orang berpuasa sehingga cenderung terjadi peningkatan makanan, minuman termasuk pakaian dan sebagainya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, ketika Ramadhan, puasa dan namanya hari raya Idul Fitri atau lebaran, terdapat tunjangan hari raya (THR) bagi mereka yang bekerja jadi PNS atau di perkantoran serta perusahaan lainnya. Tunjangan hari raya berarti ada tambahan pendapatan yang cukup dipakai untuk meningkatkan konsumsi.
Bagi masyarakat yang tidak berpendapatan tetap, ada juga kebijakan dari pemerintah khusus untuk kelompok masyarakat yang kurang mampu dengan adanya bantuan sosial. Ada berbagai kebijakan-kebijakan yang mensupport pendapatan masyarakat sehingga bisa meningkatkan siklus konsumsi di Bulan Ramadhan. Skema islam sendiri pada Bulan Ramadhan ada zakat, sedekah dan seterusnya, mekanisme itu juga bisa menutupi peningkatan kebutuhan. Jadi memang bagi yang tidak mampu, masih berhak untuk mendapatkan sedekah. Sehingga pada akhirnya punya uang lebih untuk membeli sembako.
“Siklus inflasi yang terjadi dapat mengantisipasi dengan mekanisme ekonomi yang ada. Dengan kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter, juga diantisipasi dengan mekanisme syariah serta mekanisme alam. Sehingga ketika terjadi peningkatan harga inflasi meningkat itu akan terpenuhi. Situasi sekarang masih pandemi Covid-19. Namun situasi ekonomi sudah mulai bergerak. Jadi yang tadinya tidak menjual, tahun lalu rata-rata tutup, jarang warga masyarakat keluar untuk berbelanja. Bulan ini sudah mulai agak normal kembali. Januari, Februari Maret sudah mulai ada mobilitas. Pasar, pedagang kaki lima sudah mulai berjalan dan terbukanya kembali ekonomi meskipun masih dibatasi. Kerumunan tidak boleh tetapi aktivitas ekonomi sudah mulai bergerak,”ujarnya kepada readtimes.id Kamis, 22 April 2021.
Upaya pemerintah untuk mengantisipasi meningkatkan barang akibat pandemi dan menjelang hari raya, ada kebijakan pemerintah dengan pemberian subsidi seperti pemberian bantuan sosial, bantuan untuk usaha, ada bantuan untuk subsidi kredit. Sebab perkiraan ekonomi untuk tahun 2021 akan tumbuh menjadi positif, dimana tahun lalu kita masih minus 5,2 persen. Pertumbuhan ekonomi nasional sudah mencapai positif sekitar 3 sampai 4 persen. Sedangkan daerah seperti Sulawesi Selatan yang bisa mencapai 5,5 persen untuk pertumbuhan ekonominya.
Keberadaan vaksin membuat daya tahan tubuh masyarakat akan semakin kuat, sehingga kegiatan menjadi bisa terbuka. Orang bisa bekerja kembali, keluar dalam hal ini tetap menggunakan protokol kesehatan. Masyarakat juga sudah bekerja dan memiliki pendapatan. Berarti permintaan ada, produksi ada dan ekonomi mulai berjalan. Kita berharap tahun ini akan tumbuh positif. Ekonomi akan bertumbuh termasuk di Sulawesi Selatan sehingga produksi konsumsi juga akan meningkat dan beberapa lapangan kerja tentu akan terbuka dan lebih baik.
Baca juga: Jelang Hari Raya, Kaum Ibu Berduka
Tambahkan Komentar