Kita harus tetap optimis, sekalipun berbagai media internasional seperti The New York Times (17/7/2021) menuliskan Indonesia kini menjadi Episentrum Covid No 1 Dunia. Karena sebagai bangsa kita terbukti memiliki daya tahan sebagai manusia-manusia kuat, mental survival, dan semangat solidaritas yang sudah diuji oleh waktu dan sejarah yang membuat bangsa dan negara ini tetap bertahan sampai kini.

Sulit dibayangkan, bagaimana bisa para pejuang kemerdekaan hanya dengan bermodalkan bambu runcing, parang, rencong dan badik, berani melawan penjajah yang punya persenjataan mesin dan peralatan militer yang lengkap.
Belanda, Jepang dan Inggris yang datang dengan pengetahuan dan pengalaman strategi militer dan perang, juga kemampuan diplomasi di meja perundingan, akhirnya tidak berdaya menghadapi perang gerilya dan ‘terkapar di meja perundingan’ oleh para diplomat dari sebuah negeri yang pada masa sebelum kemerdekaan, angka penduduknya yang bisa membaca baru 3 % dan 97% penduduknya buta aksara.
Tentu tidak mudah, sebagai sebuah negara dengan 714 suku bangsa, lebih dari 16 ribu pulau, 1.001 bahasa daerah masih bisa bertahan sampai kini menjadi sebuah bangsa dan negara yang besar dan satu. Ketika negara seperti Yugoslavia terpecah hanya karena persaingan etnis, banyak negara-negara Arab kerepotan menghadapi terorisme agama, sampai konflik antar mazhab yang membuat mereka terkoyak.
Bukan gampang, bagi sebuah negeri yang mayoritas penduduknya hidup di wilayah berbahaya, cincin api atau Ring Of Fire dengan potensi bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi yang di atas 80 persen, namun mampu hidup dengan tenang seolah-olah mereka bukan berada pada zona bencana bahkan tanpa pengetahuan dan pendidikan mitigasi kebencanaan dan sistem penanggulangan kebencanaan yang baik.
Inilah sebuah negeri yang dinobatkan sebagai negara dengan pendapatan rendah oleh Bank Dunia, namun berdasarkan World Giving Index 2021 yang disusun Charities Aid Foundation (CAF) justru dinobatkan sebagai ‘negara paling dermawan’ karena pada tahun 2020, 83% rakyatnya rajin berdonasi dan punya empati membantu sesama di tengah kesulitan hidup mereka sendiri akibat pandemi.
Kita tentu harus optimis dapat keluar menjadi pemenang kembali dari situasi krisis pandemi yang kini terjadi, di tengah berbagai pesimisme, ramalan akan menjadi negara paling akhir bisa keluar dari wabah covid-19, dan berbagai situasi darurat yang timbul akibat virus jahat yang kini menjadi musuh bersama kita semua.
Mengapa?
Karena kita adalah rakyat Indonesia yang oleh fakta sejarah telah terbiasa mampu melewati segala tantangan, ujian, dan tekanan. Mulai dari ancaman kolonialisme, imperialisme, terorisme, bencana alam, krisis ekonomi, pernah kita alami dan Indonesia tetap kuat berdiri sampai kini, karena kita Indonesia Bung!
Indonesia adalah sebuah negara yang ditakdirkan oleh sejarah punya modal sosial yang begitu kuat yakni solidaritas sesama warga. Negeri yang punya semboyan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, punya modal utama untuk bertahan sampai kini dalam menghadapi segala tekanan dan ancaman, bahkan berbagai bencana.
Kekuatan itu, kini bergerak di tengah pandemi, ketika sistem kesehatan dan perlindungan negara dari pusat sampai daerah mulai kewalahan, rumah sakit banyak yang tidak lagi mampu menampung pasien, krisis oksigen terjadi, kelangkaan obat-obatan sampai vitamin dalam banyak kasus tidak lagi mampu dikendalikan oleh negara, justru rakyat negeri ini kembali menunjukan kekuatan solidaritas dan empati.
Atas nama kemanusiaan dan semangat gotong royong, gerakan warga bantu warga, teman bantu teman, muncul di tengah-tengah publik. Bergerak saling membantu, menghadapi pandemi yang entah kapan akan berakhir di tengah pemerintah di banyak daerah mulai kewalahan menghadapi serangan virus jahat ini.
Aksi solidaritas warga ini beraneka rupa, mulai dari membantu kesulitan makanan bagi mereka yang tidak bisa dilayani oleh rumah sakit atau sedang menjalani isolasi mandiri, berdonasi untuk kebutuhan rumah sakit dari tabung oksigen dan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kesehatan, sampai aksi nekat mengantarkan pasien covid dengan APD seadanya.
Inilah kekuatan Indonesia yang sesungguhnya. Persatuan dan solidaritas rakyat yang begitu kuat. Kekuatan yang oleh Soekarno pada masa lalu dirumuskan sebagai bangsa yang terbiasa setiap hari digembleng oleh keadaan. Negara yang terbiasa mengalami up and down!
Hampir hancur lebur-bangkit kembali-, Hampir hancur lebur- bangkit kembali-, Hampir hancur lebur- bangkit kembali-, karena kita Indonesia, Bung!
40 Komentar