RT - readtimes.id

Ensiklopedia Sastra Dunia: Teman Menjelajah Peta dan Perjalanan Sastra Dunia

Judul : Ensiklopedia Sastra Dunia
Penulis : Anton Kurnia
Penerbit : Diva Press
Cetakan : Januari 2019
Halaman : 456 hlm

Makassar International Writers Festival (MIWF) adalah gelaran festival sastra tahunan yang diselenggarakan di Makassar, Sulawesi Selatan. Helatan akbar sejak 2011 ini terus memberikan ruang pertemuan dan apresiasi kepada penulis anyar terpilih. Tahun 2022 ini MIWF kembali digelar dan masih berlangsung sampai tulisan ini dibuat. Para penulis dan pembaca sastra berkumpul pada 23—26 Juni 2022. Mereka merayakan sastra, sekaligus barangkali merayakan berakhirnya pandemi.

MIWF barangkali masih bisa dikatakan kegiatan yang relatif berusia muda. Tradisi berkumpul, berdiskusi, mengapresiasi karya sastra sesungguhnya umurnya jauh lebih panjang: berabad-abad lamanya. Sully Prudhomme saja menjadi pemenang Hadiah Nobel Sastra pertama pada 1901, untuk menyebut satu contoh terkenal saja.

Nah, bagaimana sesungguhnya perjalanan berbagai aspek apresiasi sastra tersebut? Siapa saja sastrawan dunia yang memiliki karya-karya penting dalam sejarah? Bagaimana pengaruh lingkungan bagi seorang sastrawan? Dan seabreg pertanyaan sejenis lainnya. Kita butuh ensiklopedia sastra untuk itu. Berita baiknya: Anton Kurnia, penulis cum penerjemah, telah membuat “Ensiklopedia Sastra Dunia”. Kita bisa membacanya dalam Bahasa Indonesia.

Sebagaimana karakter ensiklopedia, buku berketebalan 400an halaman ini disusun secara alfabetik, dan nama-nama penulis menjadi kata kuncinya. Ini tentu sangat bermanfaat buat siapa saja—baik kalangan awam hingga professional. Semua bisa mengakses dan menambang informasi berharga dalam buku ini.

Secara umum buku ini memuat ringkasan sejarah sastra dunia sejak ribuan tahun lampau. Ada 335 profil sastrawan sohor dunia, mulai dari Yunani kuno hingga masa 2017 (ditandai dengan Kazuo Ishiguro yang memenangkan Hadiah Nobel Sastra pada tahun tersebut). Ada informasi tentang para penulis lengkap dengan masterpiece dan proses kreatif mereka. Ada bentangan senarai karya-karya terbaik sepanjang masa—novel terbaik, sastra terpilih karya perempuan, dan tokoh fiksi paling mengesankan.

Menariknya lagi, ada ringkasan 25 hadiah sastra yang ada di seluruh dunia. Sejumlah penghargaan atau hadiah sastra tersebut ada yang diselenggarakan Yayasan, ada pula yang diselenggarakan oleh pemerintah sendiri di satu negara. Ada yang sangat bergengsi dan imbalan uang yang besar, ada pula yang sama bergengsinya, tapi imbalannya kecil namun tetap dihormati.

Meskipun bersifat ensiklopedik—informasinya ringkas dan praktis—namun sedikit banyak kita akan mendapatkan kisah-kisah pilu dan tragis lahir dan tumbuhnya sebuah karya. Secara tidak langsung kita akan memahami lanskap sejarah dunia yang berisi perang dan pembantaian yang tentu saja berdampak (dan inspirasi) pada karya sastra.

Membaca keseluruhan buku ini tentu kita akan bersyukur betapa karya sastra turut memberi warna pada peradaban dunia. Namun barangkali kita akan menyimpan rasa miris tersendiri saat menyadari pengarang Indonesia belum memberikan peran signifikan dalam peta sastra dunia. Ini mungkin bisa dipahami mengingat Indonesia sendiri sebagai negara-bangsa masih muda umurnya. Di buku ini, jika tidak silap mata, saya hanya melihat nama Pramoedya Ananta Toer sebagai pengarang Indonesia yang dibaca dunia.

Namun lepas dari itu semua, sastra memang perlu dirayakan. Karena karya sastra akan terus mengingatkan kita akan pentingnya kemanusiaan lewat cerita-cerita memotivasi dan menginspirasi. Sastrawan nampaknya setara filsuf yang turut menyentil pikiran kritis kita untuk terus bertanya dan merefleksikan arti kehadiran kita di dunia ini. Saya percaya MIWF hadir untuk itu. Semoga sastra terus dirayakan, dan kemanusiaan kita semakin terasah dan tajam.

Nihlah Qolby

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: