ReadTimes.id– Siapa sangka jika drama pilkada DKI Jakarta tempo hari akan melahirkan kelompok serta aktor baru yang turut menentukan arah perpolitikan Indonesia hari ini.
Bersama Front Pembela Islam ( FPI) yang dipimpinnya, harus diakui Rizieq Sihab tidak hanya berhasil memenangkan Anies Baswedan , melainkan juga membuktikan diri sebagai kelompok oposisi non-partai yang cukup diperhitungkan.
“Saya rasa posisi tawar FPI cukup tinggi ya, bila melihat keterlibatannya dalam agenda besar seperti pilkada DKI dan Pilpres 2019 tahu lalu” Tukas Andi Ali Armunanto pengamat politik Universitas Hasanuddin
Dengan afiliasi besar dan massa yang solid FPI berhasil menjelma menjadi kelompok penekan yang mampu mempengaruhi opini publik, seperti yang dapat dilihat dari kasus Ahok serta menguatkan posisi Prabowo dalam melawan popularitas Jokowi sebagai petahana dengan konsisten memainkan wacana keislaman radikal.
Adapun yang lantas membuat FPI tak dapat dipandang sebelah mata menurut Ali, karena dengan segala kemampuan sumber daya yang ada, FPI berpotensi dimanfaatkan oleh aktor- aktor tertentu untuk menciptakan agenda setting yang fokusnya mengancam eksistensi rezim hari ini.
Terlebih ketika momentum pandemi seperti ini. Tidak sedikit kebijakan rezim Jokowi memunculkan perlawan di berbagai daerah. Seperti Pengesahan undang-undang cipta lapangan kerja yang dinilai sangat tidak berpihak pada para pekerja itu, dan lagi sejumlah kasus korupsi yang baru-baru ini menjegal para menteri Jokowi.
Penangkapan Rizieq Sihab karena pelanggaran protokol kesehatan yang bisa saja dilakukan oleh siapapun dan Insiden kontak tembak yang baru-baru menimpa 6 laskar FPI di kilometer 50 Cikampek- Jakarta, bisa saja menjadi pemberitahuan bahwa posisi rezim hari ini sedang gelisah dan tidak baik-baik saja.
1 Komentar