Readtimes.Id- Presiden Jokowi pada 23 Desember yang lalu mengganti enam menteri baru. Ada sejumlah nama beken yang duduk di kabinet reshuffle akhir tahun 2020. Sandiaga Uno, Tri Rismaharini, Yaqut Cholil Qoumas, Budi Gunawan Sadikin, Sakti Wahyu Trenggono, dan terakhir Muhammad Lutfi.
Tiga dari enam nama baru tersebut, memang sudah populer bagi rakyat Indonesia. Siapa yang tidak kenal, Sandiaga Uno mantan Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto pada tahun 2019 yang lalu, Risma mantan Walikota Surabaya dan yang terakhir Yaqut Cholil yang Ketua Umum GP Ansor.
Ketiga Menteri baru tersebut, terlalu sering menjadi berita, apalagi Sandiaga Uno. Sejak menjadi calon Wakil Gubernur DKI mendampingi Anies Baswedan, sampai menjadi Cawapres Prabowo, Sandi memang punya barisan pendukung utamanya dari kalangan millennial dan begitu aktif ber-media sosial yang membuat popularitas Sandi terjaga.
Pada banyak kesempatan, pasca pemilu Sandiaga Uno banyak dikutip menyampaikan tidak akan bergabung dengan pemerintahan Joko Widodo dan akan memilih menjadi oposisi selama 5 tahun. Tapi, setelah Prabowo bergabung dengan kabinet Indonesia Maju dan menjadi Menteri Pertahanan, Sandiaga akhirnya luruh dan seperti yang disampaikan pada banyak meme politik yang viral di media sosial, akhirnya semua “Happy Ending”.
Pertanyaan publik yang banyak muncul, lantas apa sebenarnya motif dari pergantian para Menteri yang dilakukan oleh Presiden beberapa hari lalu? Apakah benar sekedar mengganti kekosongan posisi Menteri seperti Menteri Sosial Juliari P Batubara dan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang tersangkut kasus korupsi.
Atau Presiden punya tujuan lain?
Setidaknya ada satu motif besar yang bisa terbaca dari langkah Presiden Jokowi dibalik gonta-ganti Menteri yang usia jabatan mereka baru setahun lebih tersebut. Yakni, selain mengisi kekosongan Menteri baru, Jokowi sedang berupaya membangun ‘konsolidasi politik’ atas sejumlah tokoh yang punya popularitas dan kepercayaan publik yang luas namun berada di luar kendali politik Jokowi.
Kehadiran tiga menteri popular tersebut, Sandiaga, Risma dan Gus Yaqut Cholil, adalah bagian dari konsolidasi kekuatan dan upaya mengangkat kembali kepercayaan publik atas kebinet yang banyak disorot akibat pandemi covid-19, Omnibus Law, Korupsi dan kegaduhan tanpa henti oleh sebahagian kalangan oposisi diluar partai politik pasca Pilpres 2019.
Jokowi sebenarnya semakin memperkokoh kendali kekuatan di luar pemerintahan dan menyatukanya dalam kabinet pemerintahan. Namun apakah sterategi ‘kanalisasi politik’ ini akan berakhir happy ending layaknya ‘Prabowo-Sandi’ yang kini menjadi bagian dari rezim politik Jokowi-Amin?
Jauh lebih dari itu, rakyat sedang menanti kinerja karena Pilpres sudah berlalu.
Tambahkan Komentar