RT - readtimes.id

Kumpulan Fabel Bijak Aesop, Teman Baik Melewati Ramadan

udul              : Kumpulan Fabel

Penulis           : Aesop

Penerbit          : Kakatua

Tahun terbit    : Agustus 2019

Tebal              : 174 halaman

Salah satu serial Ipin & Upin, “Pengembala dan Biri-Biri”, sangat sering saya putar atas permintaan ponakan-ponakan saya setiap kali saya pulang kampung. 

Kisahnya sederhana dan akrab dalam dunia kanak-kanak saya: tentang seorang pengembala yang berbohong ada serigala yang akan memakan biri-birinya. Penduduk marah padanya. Dan ketika serigala sungguhan datang, dan ia memberitahu penduduk bahwa ada serigala, terlanjur penduduk tidak lagi percaya padanya.

Jadi kisahnya seperti ini: serial “Pengembara dan Biri-Biri” itu ditampilkan dalam bentuk pementasan musikal di atas panggung. Jarjit menjadi sang pengembala, dan Ipin & Upin bertindak sebagai penduduk. 

Kita mulai saja saat Jarjit tengah mengembala biri-birinya, dan mulailah Jarjit bernyanyi, “saya gembala biri-biri, semua dijaga rapi-rapi. 

Sudah dibawa makan mari, boleh berehat, senang hati.” 

Mungkin karena hendak berbuat jahil saja, tiba-tiba muncul niat berbuat kebohongan untuk mengusir kebosanan. Dia lalu teriak,“Tolong, tolong, ada serigala di sini. Tolong, tolong, selamatkan biri-biri.” 

Lalu Ipin dan Upin mendengar teriakan Jarjit, “serigala, serigala? Mana, mana? Mari kita tolong.” Mereka tidak mendapati serigala, namun hanya ada seorang Jarjit yang tertawa terpingkal-pingkal.

 “Wahai penggembala, kalau kamu panggil, kami tak percaya lagi,” kata Ipin. “Betul, betul, betul!” sahut Upin. 

Lalu muncullah Mail yang berperan sebagai serigala, mengendap-endap hendak memangsa kawanan biri-biri Jarjit. 

Jarjit mulai teriak, “tolong, tolong, ada serigala di sini.” Tapi Ipin dan Upin sudah tak percaya lagi. Sungguh akhir cerita yang menyedihkan—sekaligus dibuat geram pada Jarjit sang pengembala.

Biar saya tebak, kalian pasti pernah menonton serial “Pengembara dan BIri-Biri” ini. Hayo ngaku!

Serial Ipin dan Upin ini bukan yang pertama yang mengangkat dongeng sang pengembala bernasib naas ini. 

Banyak buku anak yang beredar yang mengisahkan dongeng ini dengan bentuk dan narasi sendiri, tapi intinya sama saja: tentang betapa perbuatan senang berbohong akan membuat banyak orang tak percaya lagi pada si pembohong. 

Pertanyaannya sekarang: dari mana dongeng ini berasal? Nampaknya tidak banyak yang mengetahuinya, dan barangkali tidak menganggapnya penting mengetahui dari mana sumbernya. 

Tentang pengembala yang berbohong ini sebetulnya diambil dari cerita sohor yang berasal dari pengarang fabel Yunani bernama, Aesop. Aesop ini semacam raja dari rajanya Fabel.

Sebagai buktinya, mari saya beri contoh dongeng lain yang sesungguhnya berasal darinya: tentang kura-kura lomba lari dengan kelinci (dalam beberapa buku anak, diceritakan lombanya dengan kancil). 

Saat lomba, kelinci dengan sombong terus berlari, tapi karena lupa diri, dia istirahat dan ketiduran, sementara kura-kura terus ‘berlari’, dan tiba di garis finish sebagai pemenang. Atau yang ini: tentang seekor anjing yang membawa tulang di rahangnya, tapi dia tertipu dengan bayangannya sendiri di air yang mengira bayangan di sana adalah anjing lain. dan masih banyak sekali dongeng terkenal lainnya.

Semua cerita menghibur dan memberi pelajaran itu berasal dari fabel Aesop. Kisahnya terkenal di seluruh dunia, diubah sesuai konteks dan lingkungan tempat ceritanya dikonsumsi. 

Nah, beruntungnya kita, dongeng-dongeng Aesop mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. 

salah satu buku fabel Aesop yang saya rekomendasikan adalah “Fabel Aesop” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan sangat baik oleh Nurul Hanafi, dan diterbitkan oleh penerbit kakatua, penerbit yang salah satu konsennya, setahu saya, pada cerita-cerita klasik, termasuk fabel.

Buku ini, meski tidak tergolong tipis tapi tidak juga terlalu tebal, berisi 150 cerita-cerita hewan dan sebagian kecil manusia. Disusun dengan sistem abjad latin (A sampai T) di setiap permulaan judul ceritanya, memudahkan kita untuk mencari cerita tentang hewan apa yang ingin kita baca. Dan ceritanya juga tak ada yang lebih dari satu halaman—ringkas dan cepat. 

Tapi harus saya tekankan, fabel-fabel dalam buku ini tidak semata cocok dibaca oleh anak-anak—sebagaimana citra fabel dalam masyarakat kita. Cerita-cerita mini di dalamnya sarat dengan pesan moral, etika, sosial, sampai politik.

Salah satu yang paling kuat adalah tentang hubungan ideal sesama makhluk (rakyat dengan rakyat atau rakyat dengan penguasanya), mengingatkan kita akan bahayanya sifat keserakahan, lupa diri atau sombong, dan sebagainya.

Dan kisah-kisah dengan muatan nilai seperti di atas perlu dibaca oleh orang dewasa. Karena yang sering melakukan laku-laku tadi—sombong, serakah, lupa akan adab interaksi—adalah orang dewasa. Dan sesungguhnyalah fabel di belahan bumi lain juga digandrungi oleh orang dewasa.

Maka mulailah menyelami kisah tentang serigala, anjing, kelinci, burung merak, singa, keledai, tikus, rubah, dan banyak hewan lainnya dalam buku yang menarik ini. Temukan nilai-nilai bijak di dalamnya.

Ngomong-ngomong tentang Aesop, banyak sumber menyebutkan, dia adalah seorang budak Yunani sebelum masehi yang kemudian dimerdekakan oleh tuannya karena cerita-cerita bijaknya.  Ia kemudian bekerja di istana. Dan di sini ia banyak mengarang kisah-kisah bijak berupa alegori tentang bagaimana sebaiknya hubungan penguasa dengan rakyatnya.

Pada suasana ramadhan ini, kita perlu mengais dan menggali kisah-kisah bijak dari masa lalu untuk memperkaya hati kita. Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk jeda dengan hiruk pikuk dunia, dan memberi ruang lebih jembar dan dalam bagi pembangunan moral dan etika kita.

Dan membaca Kumpulan Fabel Aesop saya kira bisa menjadi alternatif untuk membantu kita menemukan segala kebijakan tersebut.

Dedy Ahmad Hermansyah

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: