Readtimes.id– Festival Komunitas Seni Media (FKSM) menawarkan cara yang berbeda dalam menikmati seni. Menggabungkan teknologi digital, seni visual, dan multimedia, FKSM berhasil menyajikan pengalaman unik bagi anak muda di Makassar saat menyaksikan karya seni.
Diselenggarakan 3-9 November, festival yang menggandeng seniman muda dari berbagai daerah di Indonesia ini berhasil menarik 36 ribu pengunjung selama 7 hari pelaksanaan di Benteng Rotterdam, Makassar.
Salah seorang pengunjung, Febrian Rantelino (20) , mengatakan bahwa FKSM berhasil menawarkan pengalaman yang berbeda dalam menikmati karya seni.
“Dengan menggabungkan berbagai media, teknologi digital, seni visual kita tidak hanya diajak menikmati karya seni hanya dengan memandangi sebuah objek saja, tapi kita juga diajak masuk langsung ke objek seni tersebut untuk memahami makna yang ingin disampaikan oleh karya tersebut dan bagaimana objek seni itu bisa tercipta,” ujar mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar tersebut.
Dia juga mengatakan dari 24 karya yang dipamerkan, ada satu yang mencuri perhatiannya, yaitu karya seniman Ambon, Remzky Nikijuluw, yang berjudul Suara-suara Karamba.
“Pas saya masuk auranya langsung beda ditambah pakai earphone tadi untuk mendengar suara-suara asli yang senimannya rekam itu benar-benar membuat saya merasa seperti sedang berada di Ambon dan mengalami sebuah peristiwa besar yang pernah terjadi di sana,” ujar Febrian.
Dia berharap agar festival serupa dapat sering diadakan di Kota Makassar. Menurutnya, anak muda Makassar membutuhkan acara yang mengedukasi dan menghibur seperti FKSM untuk lebih mengenal daerahnya.
Senada dengan Febrian, Ariqah Althafunnisa seorang siswa dari SMA 21 Makassar juga mengatakan FKSM memberikan pengalaman dan pengetahuan baru tentang cara menikmati sebuah karya seni.
“Karena FKSM ini akhirnya kita tahu bahwa ternyata ada cara lain dalam menikmati seni. Dan ternyata gabungan antara teknologi digital dan multimedia itu dapat menghasilkan karya yang unik. Selain itu di balik pameran itu ternyata ada pesan yang dalam yang ingin disampaikan ke pengunjung,” ujar Ariqah yang datang bersama dua sahabatnya Adina dan Abel.
Mereka juga berharap kegiatan serupa FKSM tersebut dapat terus hadir di Makassar untuk dapat dinikmati anak muda.
Harapan Ariqah dan dua orang sahabatnya juga menjadi harapan Salman (32), seorang pegawai swasta yang datang bersama keluarga kecilnya.
“Saya berharap kegiatan semacam ini terus ada ya, karena idenya betul-betul segar dan out of the box . Saya jujur tidak pernah membayangkan ternyata lewat barcode dan bantuan aplikasi HP kita bisa menikmati sebuah karya seni. Atau bagaimana bunyi sebuah gong bisa merekam ekspresi kita dan dengan bantuan alat semacam printer dapat mengeluarkan kata-kata mutiara,” ujar Salman.
Menurut dia, FKSM bisa mendobrak pakem masyarakat dalam menikmati seni. Melalui FKSM masyarakat dapat menikmati dengan cara baru yang tidak kaku.
Sementara itu, Direktur FKSM, Yudi Ahmad Tajudin mengatakan bahwa dia takjub dengan animo masyarakat Makassar dalam menyaksikan pameran FKSM. Menurutnya, animo masyarakat terutama kalangan muda Makassar pada festival tersebut merupakan bentuk dari kehausan untuk terlibat dalam kegiatan serupa FKSM.
“Ini mungkin mencerminkan energi anak mudanya yang haus terlibat dengan kegiatan-kegiatan seperti ini (FKSM) ,” ujarnya.
Dia berharap FKSM dapat memberikan inspirasi bagi anak muda di Makassar, baik mereka adalah seniman maupun bukan.
“Karena kegiatan ini ada semacam literasinya juga, bahwa kita ini tidak hanya bersifat pasif pada sebuah media atau teknologi, tapi kita dapat bersikap aktif dengan melakukan adaptasi, dan menggunakannya sesuai dengan kebutuhan dan imaginasi kita,” ujar Yudi.
Editor: Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar