Readtimes.id- Secara global, ketahanan energi menjadi pemenang di masa depan. Sekarang ini, energi masih didominasi oleh bahan bakar fosil yaitu bahan bakar minyak. Tahun 1960 hingga 1980 lagi booming transportasi bahan bakar minyak, diperoleh dari dalam perut bumi yang dieksplorasi kemudian dibuatlah solar untuk mesin diesel dan bensin untuk tranportasi. Kenyataannya, ketersediaan bahan bakar fosil tidak berkelanjutan. Ibaratnya tertampung di dalam perut bumi kemudian di eksplorasi untuk dipakai. Semakin tahun akan melandai atau menurun.
Bahan bakar minyak seperti bensin sangat efisien untuk menggerakkan mesin kendaraan, mesin pabrik dan lainnya. Tantangannya adalah sejak dekade terakhir, tentu saja karena minyak selalu diambil dan nantinya akan habis. Disisi yang lain, kebutuhan akan energi ini justru semakin meningkat. Kebutuhan energi jika dibandingkan diawal tahun 1970an mungkin masih beberapa penduduk, rumah dan mobil. Seiring dengan membludaknya populasi penduduk dunia. Kebutuhan semakin besar, justru pada saat itu, ketersediaan semakin sedikit.
Peneliti Senior Power System Design, Operation and Electricity Market Research Group, Ir. Muhammad Bachtiar Nappu, ST, MT, M.Phil, Ph.D mengatakan, diperlukan pemikiran bentuk energi masa depan yang disediakan oleh alam yang tidak ada putusnya. Menjadi keharusan, untuk bergeser. Kalau bukan dari sekarang kapan lagi, kalau kita masih menunda, kita akan hidup di zaman batu lagi. Ketika kehabisan energi, tidak ada lagi yang menggerakkan mesin-mesin.
“Pergeseran transportasi menuju bahan bakar terbarukan, dengan meninggalkan bahan bakar minyak. Pandangan saya sekaranglah saatnya kita mulai star dengan kecepatn tinggi. Kenapa? Minyak bumi sudah semakin langka suatu saat akan habis. Kunci transportasi yang menggunakan Renewable Energy adalah baterai. Jadi misalnya energi disimpan terlebih dahulu, energinya bisa dari matahari, air, angin untuk penghasil listrik. Seperti pada Handphone di operasikan dengan memberikan energi listrik. Yang menjembatani itu adalah baterainya. Nah baterai ini komponen yang paling dominan adalah nikel,”ujarnya kepada readtimes.id, Kamis 25 Maret 2021
Penghasil nikel berada di Indonesia yang terletak di Morowali Utara memiliki kualitas dan kauntitas yang berada pada peringkat atas, hasil nikel terbesar. Jadi tidak heran, beberapa perusahaan otomotif dari Korea, Jepang, bahkan sempat ditengarai saham Perusahaan Tesla. Perusahaan listrik dari Amerika Serikat berminat untuk berinvestasi di Indonesia dengan jalan membuat sebuah sistem industri dari hulu sampai hilir. Nikel diolah sedemikian rupa. Bukan hanya bahan mentah saja tapi langsung diolah dalam bentuk baterai kemudian masuk ke industri mobilnya.
Pergeseran penggunaan sumber energi, perlahan kita meninggalkan bahan bakar minyak. Kemudian beralih kepada bahan bakar energi terbaharui (Renewable Energy). Mendapatkan energi dari aliran energi yang berasal dari “proses alam yang berkelanjutan”, seperti sinar matahari, angin, air yang mengalir proses biologi, dan geothermal. Sistem kelistrikan di Sulawesi Selatan merupakan pilot project yang terdapat dibeberapa daerah, seperti Sidrap, Jeneponto, Bakaru, sudah memenuhi target 25 persen dalam penghasil listrik energi terbarukan. Turut untuk berkontribusi, mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar kurang lebih 23 persen ditahun 2025. Begitupun kendaraan listrik nantinya.
Dampak perubahan iklim berkaitan dengan emisi karbon yang terus meningkat. Emisi gas rumah kaca disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, diantaranya sektor listrik, industri dan transportasi. Salah satu untuk menekan perubahan iklim tersebut, pemerintah menginginkan seluruh transportasi kedepannya menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Serta tidak lagi menggunakan bahan bakar dari fosil.
Dalam mengurangi dampak perubahan iklim yang semakir ekstrim. Adanya Perjanjian Paris, maka penggunaan bahan bakar fosil harus diturunkan. Pemerintah ingin menyelamatkan bumi demi generasi masa depan. Sehingga menjadi sebuah keharusan ke depannya hidup tanpa bahan bakar fosil.
Tambahkan Komentar