RT - readtimes.id

Pandeminomics, Daya Beli Warga Makassar Menurun

Readtimes.id – Efek pandemi Covid-19 bukan hanya kematian yang terus meningkat. Namun, sangat berdampak nyata terhadap perekonomian Indonesia juga melanda seluruh dunia. Akibat Pandeminomics (ekonomika pandemi), dunia usaha mengalami tantangan amat berat. Sekitar 3,3 miliar pekerja dunia menghadapi risiko kekurangan uang dan kehilangan pekerjaan. Selain itu, sektor ekonomi informal terpukul hebat.   

Publikasi penelitian Lembaga Riset Indonesia Development Engineering Colsuntant (IDEC) mengenai  efek pandemi Covid-19 bagi konsumsi daya beli warga Kota Makassar (Pandeminomics-Makassar). Riset ini menggunakan metode wawancara tatap muka dan Multistage Random Sampling dengan 422 responden pada 15 kecamatan di Kota Makassar. Survei dan kajian yang dilakukan selama 1-14 Februari 2021. Adapun kriteria responden minimal 17 tahun atau sudah menikah.

Hasil penelitian IDEC, Covid-19 telah berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat. Sebesar 28,20% masyarakat terpengaruh sangat besar dan 62,32% terpengaruh oleh Covid-19. Ibu Rumah Tangga (IRT) merupakan kelompok yang rentan dan terpengaruh besar terhadap dampak Covid 19 selain pekerja swasta dan kelompok pedagang kecil.     

Daya beli kelompok yang sangat terpengaruh  IRT 31,09%, Pekerja swasta 15,97%, dan Pedagang kecil 12,61%.  Efek daya beli dipengaruhi oleh tiga komponen rutin rumah tangga yaitu makanan dan minuman harian 35%, transportasi keluarga 20%, pemakaian listrik dan gas keluarga 15%. Belanja snack kebutuhan wanita, rokok, cemilan dan sebagainya 30%.

Pandeminomics sebaran kecamatan berdasarkan kategori berpengaruh terhadap daya beli yakni Kecamatan Tallo, Panakukkang, Rapocini, Manggala, Biringkanaya kategori tinggi 5,45%-12,32%. Kategori sedang 2,37%-5,45% yaitu Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Mariso, Mamajang, Mariso, Tamalate. Sedangkan kategori rendah 0,47%-2,37% pada Kecamatan Ujung Tanah, Wajo, Bontoala, dan Ujung Pandang.

Menanggapi hal tersebut, Pakar Ekonomi dari Universitas Hasanuddin,  Dr. Anas Iswanto Anwar, SE., MA  mengatakan Covid-19 memerlukan langkah cepat dan extraordinary dalam penangannya, dengan gangguan yang serius baik dari sisi demand dan supply. Permintaan berkurang karena tidak ada pekerjaan, konsumsi dan daya beli menurun. Untuk meningkatkan pendapatan dimulai dengan konsumsi.

Akibat lockdown investasi, perdagangan  tidak ada, tidak ada ekspor dan impor. Sehingga adanya ketidakpastian dalam perkonomian. Hal yang bisa membantu adalah pengeluaran pemerintah. Negara yang punya banyak dana lebih mudah menyelesaikannya.

Bantuan pemerintah sangat dibutuhkan dalam usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) tujuannya  mendapatkan modal usaha yang terdampak. Kebijakan ekonomi ada  fiskal dan moneter  perlu dijaga untuk tetap bersinergi. Masalah pandemi adalah masalah kita semua, tidak bisa diselesaikan dengan pemerintah, atau sektor rumah tangga saja.   

“Daya beli saat ini yang didorong oleh pemerintah. Bagaimana masyarakat punya uang untuk belanja.  Selain IRT semua terdampak misalnya ojek online dan penjual dipinggir jalan. Bantuan sosial baik berupa bantuan barang maupun uang, semua negara melakukan untuk menyelamatkan masyarakat yang terkena dampaknya,” ujarnya. 

Bersatu keluar dari badai pandeminomic dan menyelamatkan tiga kasus kerentanan yaitu Ibu Rumah Tangga, Pekerja Swasta, dan Pedagang UMKM. Empat tawaran strategi dari diskusi hasil penelitian IDEC yaitu mendorong usaha industri rumah tangga, kelompok perempuan atau pekerja swasta berbasis online. Mendorong optimalisasi kebun kota (city garden) sebagai sarana pangan alternatif keluarga. Subsidi kredit dan permodalan bagi UMKM. Bantuan sosial bagi keluarga pegawai swasta berdampak (pemenuhan gizi). Serta Meningkatkan pendapatan daya beli, mendorong sektor konsumsi kembali bergerak.          

Ona Mariani

1 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: