
Seperti pancaindra lainnya, hidung sangatlah penting dan sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Mencium bau makanan atau minuman, wewangian, dan lain sebagainya. Banyak sekali memori yang tersimpan melalui penciuman dari bau tertentu.
Bagaimana jadinya jika kita mengalami gangguan penciuman?
Masalah kesehatan yang terasa sepele namum cukup mengganggu, tak hanya gangguan indra penciuman biasanya akan di barengi dengan tidak peka terhadap rasa karena kedua indra saling berhubungan. Karena kemampuan dalam mencium suatu aroma bergantung dari jutaan sel saraf yang menangkap partikel aroma tertentu di dalam rongga hidung. lalu partikel aroma tersebut akan diteruskan ke otak.
Gangguan penghidu/mencium bau terjadi jika terdapat gangguan atau kerusakan pada jarak saraf penciuman mulai dari paling ujung serabut saraf yang menerima partikel bau/odoran yang dikenal dengan reseptor hingga area pusat pengelola informasi di otak. Gangguan penciuman dapat disebabkan oleh; Radang dan infeksi pada area hidung, cidera area kepala, akibat proses degenerative/penuaan, tumor di area hidung. Jadi dalam kondisi sehat maka manusia tidak akan mengalami gangguan penciuman.
Menurut dr. Ferucha Moulanda, Sp.THT-KL Gangguan penciuman dapat berupa; Hiposmia (penurunan fungsi penciuman) atau Anosmia (kehilangan fungsi penciuman). Anosmia sendiri dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, termasuk salah satunya adalah Covid-19. Kehilangan fungsi penciuman diketahui merupakan salah satu gejala covid dan dapat terjadi pada sekitar 25% pasien covid. Sebuah studi menyebutkan bahwa sekitar 89% pasien yang mengalami anosmia pasca covid akan mengalami kesembuhan sedangkan sekitar 7-11% pasien dapat mengalami distorsi penciuman yang disebut parosmia. Umumnya terjadi pada fase rekoveri/penyembuhan dari gangguan penghidu terutama anosmia.
” Parosmia terjadi akibat gangguan dari proses neuroregenerasi saraf penciuman yang terjadi pasca infeksi atau cidera sehingga interpretasi rangsangan bau menjadi tidak sesuai, umumnya adalah diinterpretasikan sebagai bau yang busuk/tidak nyaman. Parosmia dapat merupakan tanda dari kondisi long covid, yaitu kondisi efek dari COVID masih dapat menetap hingga berbulan-bulan setelah infeksi.”
Seiring dengan pertumbuhan dan perbaikan (regenerasi) saraf penghidu yang terjadi, umumnya parosmia dapat membaik dalam waktu beberapa minggu namun juga ada yang dapat menetap lebih lama. Penanganan yang dapt dilakukan pada kondisi parosmia yaitu :
1. Cuci hidung dengan larutan garam dan pemberian semprot hidung steroid sesuai indikasi untuk menjaga kesehatan hidung
2. Latihan penghidu atau olfactory training untuk meningkatkan daya plastisitas (neuroplasticity) saraf penciuman. Latihan ini dilakukan secara rutin sebanyak 2-4x sehari dalam periode waktu tertentu dengan menggunakan minimal 4 bahan odoran dasar seperti : mawar, cengkeh, lemon dan eucalyptus
Tambahkan Komentar