Readtimes.id– Tahun 2022 menyongsong di depan mata, waktunya mengucap selamat tinggal pada ekonomi kuartal IV 2021. Sebelum benar-benar memulai kuartal I dan segala tantangannya, merefleksi ekonomi setahun belakang dianggap perlu untuk memetik begitu banyak pelajaran.
Tahun 2021 masih diwarnai dengan kisruh pandemi yang belum berkesudahan. Kisah cukup pilu Sejak 2020 ini benar menekan laju perekonomian hingga seantero dunia. Sebanyak 1,62 juta rakyat kehilangan pekerjaan dan 2,76 juta orang diantaranya jatuh miskin sejak 2020.
Perlahan namun pasti, Indonesia tetap berusaha tumbuh di tengah dilema penyelamatan Kesehatan dan Ekonomi.
Kuartal I 2021, pertumbuhan ekonomi berada di angka -0,74 persen. Kondisi pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut, artinya masih resesi. Meski demikian, ada harapan lebih baik dibanding kuartal II-2020 yang mencatat kontraksi terdalam sebesar -5,32 persen.
Asa masih berlanjut, kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun 2021 tumbuh positif 7,07% (yoy). Jika di kuartal II tahun 2020 pertumbuhan hanya didorong oleh pemerintah melalui belanja APBN, di kuartal II tahun 2021 ini berbeda. Selain sisi belanja pemerintah, pertumbuhan ekonomi juga disokong konsumsi 5,93%, investasi 7,54%, ekspor 31,78%, bahkan sektor manufaktur tumbuh 6,58%.
Mesin-mesin pertumbuhan ekonomi dari sisi permintahan pun sudah mulai menggeliat dan berkontribusi kata Meneteri Keuangan, Sri Mulyani. Ia pun mensyukuri pertumbuhan ekonomi yang lebih merata ini.
Di tengah geliat ini, varian Delta Covid-19 muncul dan menimbulkan polemik baru di Tanah Air. Kemenkes menyebutkan, varian Delta ini enam kali lebih menular dari pada varian Alpha B.1.1.7 asal Inggris. Pada kuartal III pemerintah akhirnya kembali menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan aturan yang lebih ketat.
Pada awal kuartal III, kasus varian Delta menyebabkan pemerintah harus menarik rem darurat dengan penerapan PPKM Level IV di berbagai wilayah demi menjaga keselamatan masyarakat. Kebijakan tersebut berdampak cukup signifikan pada mobilitas masyarakat yang turun hingga rata-rata 17,6% di bawah level pra pandemi. Namun demikian, kebijakan ini terbukti berhasil menekan tingkat penyebaran kasus Covid-19.
Penerapan PPKM ketat juga berdampak pada tertahannya pertumbuhan konsumsi masyarakat serta aktivitas investasi, khususnya dari sektor swasta. Konsumsi rumah tangga tumbuh 1,03% (yoy), melambat dibandingkan triwulan II yang mencapai 5,96% (yoy).
Hal ini sejalan dengan pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang cenderung berada dalam zona pesimis (indeks di bawah 100) pada Juli 80,2, Agustus 77,3, dan September 95,5. Sementara, Indeks Penjualan Ritel (IPR) juga berada dalam zona kontraksi pertumbuhan di sepanjang triwulan III. Di sisi lain, aktivitas investasi relatif mampu bertahan dengan tumbuh sebesar 3,74% (yoy).
Perlahan lepas dari masa-masa berat di kuartal III, memasuki kuartal IV optimisme ekonomi Indonesia bakal tumbuh lebih kuat di kuartal IV. Potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan terakhir di tahun ini didorong peningkatan sejumlah indikator dini. Seperti IKK, penjualan ritel, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur, serta peningkatan ekspor dan impor.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat, IKK pada awal kuartal IV-2021 atau Oktober 2021 sebesar 113,4 atau naik dari level 95,5 di bulan sebelumnya. Selain meningkat dari bulan sebelumnya, ini juga sudah masuk ke zona optimistis atau indeks di atas 100.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, meski pertumbuhan ekonomi masih dikategorikan lambat, tapi di kuartal IV masyarakat akan akan terdorong karena momentum Hari Natal dan Tahun Baru.
Menurut Bhima, Momentum Natal dan Tahun Baru, belanja masyarakat itu lebih tinggi, namun pemerintah akan mengandalkan kuartal ke IV untuk menjaga pertumbuhan sampai 4,5% meskipun tantangannya akan cukup banyak tapi memang terbantu ekspor.
“Dan di kuartal ke IV selain ada Natal dan Tahun Baru, juga yang perlu dilakukan pemerintah adalah mendorong produktivitas sektor-sektor industri yang terutama berorientasi pada ekspor. Karena penolong kita sekarang sambil menunggu konsumsinya pulih adalah belanja pemerintah dan kinerja ekspor, itu dua dewa penolong ekonomi saat ini,” jelas Bhima.
Sesaat sebelum menuntaskan kuartal IV 2021, varian baru Covid-19 yaitu Omicron muncul dan menjadi ancaman dan tantangan baru bagi optimisme pemulihan ekonomi tahun depan.
Bagaimana tantangan Pemulihan Ekonomi 2022?
Akhir tahun 2021, situasi ekonomi dunia memburuk karena munculnya varian baru Covid-19: varian Omicron. Varian Omicron yang awalnya terdeteksi di Afrika Selatan mulai menyebar ke sekitar 90 negara. Lagi-lagi, aktivitas ekonomi dan sosial dibatasi.
Perkembangan ekonomi global harus menjadi pelajaran bagi Indonesia. Terkait dengan varian Omicron, kedisiplinan seluruh masyarakat sangat diperlukan. Tanpa itu, Indonesia bisa terkena gelombang ketiga.
“Kita sudah mengalami dahsyatnya Covid-19 varian Delta pada Juli-Agustus lalu. Jadi, jangan anggap remeh. Hingga akhir Desember 2021, kasus Omicron di Indonesia sekitar 50 kasus,” ungkap Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abdul Manap Pulungan.
Kasus tersebut di harapkan bisa tetap rendah bahkan sampai nol kasus, sehingga ekonomi nasional bisa segera pulih. Dalam kaitannya dengan dampak rencana penaikan suku bunga the Fed tahun depan, otoritas moneter perlu memantau transmisinya ke ekonomi nasional sebelum menaikkan suku bunga acuan.
Risiko penaikan bunga acuan terhadap pemulihan ekonomi sangatlah tinggi karena berdampak ke sektor perbankan, khsususnya terhadap penyaluran kredit. Sebagaimana diketahui, kredit mulai tumbuh positif setelah sekian periode terkoreksi.
“Tantangan penting lain bagi Indonesia adalah pelemahan ekonomi Tiongkok yang menjadi pemasok utama bahan baku ke industri nasional,” jelas Abdul Manap.
Pelemahan ekonomi negeri Tirai Bambu itu menyebabkan produksi sektor manufaktur menurun dan berdampak pada harga produk. Selain penurunan produksi, lonjakan harga juga dipengaruhi oleh tingginya inflasi produsen industri manufaktur Tiongkok.
Mari menyambut 2022 dengan optimisme.
2 Komentar