Jika ingin bepergian, baik menggunakan pesawat, kereta api, mendatangi suatu wilayah atau daerah, maupun beberapa tempat kerja harus menunjukkan bukti tanda bahwa kita terbebas dari Covid-19. Hal ini dilakukan guna menekan kasus penyebaran Covid-19 di Indonesia.
Mendapatkan bukti terbebas dari Covid-19 tidak murah. Rapid tes Covid-19, rata-rata memiliki kisaran harga dari Rp.145.000 – Rp. 200.00, rapid tes antigen dari Rp. 250.000 – Rp. 500.000, dan PCR dari Rp. 900.000 hinga mencapai sejuta.
Efek Covid-19 bukan hanya menyerang sektor kesehatan, sektor ekonomi juga terasa dampaknya. Maka, pembiayaan tes Covid-19 cukup memberatkan bagi sebagian masyarakat. GeNose C19 kemudian hadir, mengurangi beban masyarakat, sebuah karya anak bangsa dari peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sebenarnya apa itu GeNose C19?
GeNose C19 ialah inovasi pertama di Indonesia untuk mendeteksi Covid-19 melalui embusan napas ke dalam kantong khusus, nafas akan diambil dan diidentifikasi melalui sensor-sensor. Data kemudian diolah ke sistem cloud computing melalui aplikasi berbasis kecerdasan buatan untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real-time. Dilaporkan akurasi GeNose C19 ini sekitar 95 persen dan hanya memakan waktu sekitar 45 detik.
Perjalanan GeNose C19 ini sangat panjang sampai mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada tanggal 24 Desember 2020. Salah satu Co-Inventor GeNose C19 yaitu dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, M.Sc, Ph.D, SpA, mengungkapkan bahwa di bulan Maret tahun 2020, Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Sc., bersama tim mendiskusikan mengenai bagaimana mengubah elektoronik hidung untuk TBC diterapkan ke Covid-19.
Mulai dari konsep, validasi, apakah bisa atau tidak dilakukan saat di bulan Maret tahun lalu. Tujuan penelitian ini diungkapkan oleh dr. Dian sebagai keinginan untuk menyelesaikan masalah di klinik dan lapangan. Selanjutnya, tim peneliti menghabiskan Oktober – Desember 2020 untuk melakukan standarisasi tes dan uji diagnostik.
Inovasi baru ini merupakan suatu kebanggan tersendiri. Apalagi banyak terbantu oleh adanya GeNose C19 yang hanya menelan biaya dari Rp. 20.000 – Rp. 30.000, dan sudah diberlakukan di beberapa stasiun kereta api di Indonesia. 1 April 2021 nanti, ada empat bandara yang menerapkan penggunaan GeNose C19 ini yaitu Bandara Kualanamu Medan, Bandara Husein Sastranegara Bandung, Bandara Internasional Juanda Surabaya, dan Bandara Internasional Yogyakarta.
‘’Prinsipnya, kalau nanti ada dokter-dokter muda ingin membuat inovasi baru, pertama pastikan inovasi itu punya impact yang secara klinis signifikan di pelayanan. Kemudian, lakukan kolaborasi interdisiplin sejak awal karena inovasi itu umumnya lahir dari cross knowledge dan multi disiplin. Jadi sulit kalau mau maju ngebut sendirian. Pastikan ilmu komunikasi publik dan koordinasi harus baik, baik komunikasi di level risetnya, di level industri kemudian ke publik. Disitu makanya butuh adanya lembaga mumpuni yang menaungi proses hilirisasi inovasii’’, tutupnya.
Diharapkan kedepannya ada peneliti-peneliti lain yang membuat inovasi baru dalam berbagai sektor kehidupan untuk membantu masyarakat di tengah masa pandemi ini.
2 Komentar