Judul : The Moment of Lift, Ketika Pemberdayaan Perempuan Mengubah Dunia
Penulis : Melinda Gates
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2021
Tebal : 364 hlm
Barangkali kisah tentang kaum perempuan telah banyak ditulis. Telah banyak dihadirkan kepada kita buku-buku bernuansa gugatan, khususnya dari kaum feminis, yang menyasar system patriarki yang dianggap biang kerok ketidakadilan yang menindas kaum perempuan. Buku “The Moment of Lift” adalah salah satu dari buku semacam itu. Namun, membacanya mampu membuat dada kita sesak: betapa pedihnya kisah-kisah perempuan dalam buku ini.
“The Moment of Lift” berkisah tentang masalah yang dihadapi kaum perempuan di berbagai daerah di dunia tempat yayasan Melinda Gates, penulis buku ini yang sekaligus adalah istri BIll Gates si pemilik Microsoft, menjalankan programnya dengan sasaran kaum perempuan dalam aspek kesehatan. Melinda bernama asli Melinda French Gates. Dia lahir dan tumbuh di Dallas, Texas, dari keluarga Katolik. Ibunya ibu rumah tangga biasa, sedangkan Ayahnya seorang insinyur yang bekerja pada proyek Apollo.
Kisah cintanya bersama Bill Gates memang ditautkan oleh perusahaan Microsoft, perusahaan teknologi informasi besar yang melambungkan nama Bill Gates. Sejak kecil, Melinda memang telah tertarik pada dunia teknologi informasi. Gelar sarjananya pundirahnya dalam pada bidang ini. Memasuki dunia kerja, Melinda sempat mendapat tawaran dari IBM, namun ia lebih memilih perusahaan kecil bernama Microsoft. Ia menghabiskan sembilan tahun menempati beberapa posisi hingga pada posisi General Manager informasi produk. Saat ini, Melinda berfokus kepada kegiatan kemanusiaan demi mengembangkan kehidupan sebanyak mungkin orang.
Praktik tradisi dan kasta yang mengungkung perempuan
Sejatinya buku ini adalah kisah proses berjalannya program kesehatan untuk perempuan yang dijalankan oleh yayasan Melinda Gates. Para pelaksana program di lapangan mendapati betapa susahnya mengadvokasi kebutuhan-kebutuhan perempuan khususnya menyangkut masalah kesehatan. Latar sosial salah satunya menjadi penghambat perempuan mendapatkan kebutuhan dan kebebasannya.
Hal pertama yang menarik perhatian saya dari buku ini adalah kisah-kisah miris dan pilu dari kaum perempuan di beberapa daerah di dunia di mana yayasan Melinda ini menjalankan program. Saya udarkan dua kasus di sini. Pertama, kisah seorang perempuan bernama Kakenya Ntaiya, perempuan anggota Komunitas Masai di Kenya, berani menentang tradisi yang tak membiarkan anak perempuan bersekolah. Seusai disunat pada usia belasan oleh sesepuh di kandang sapi dengan pisau berkarat, ia kian kukuh untuk sekolah.
Sunat yang dilalui Kakenya adalah negosiasinya kepada ayahnya: dia bersedia disunat asalkan diizinkan sekolah. Saat disunat dengan pisau berkarat, warga kampung datang menonton, dan dia pingsan karena mengalami pendarahan hebat. “I’m lucky I never died–but many die,” katanya.
Kisah kedua adalah seorang perempuan perawat di India (lupa namanya) yang menolong bayi seorang perempuan dari kasta terendah di India. Perawat tersebut sendiri berasal dari kasta tinggi. Riskan dan pantang bagi kasta tinggi menolong orang dari kasta rendah. Tapi dia langgar pantangan tersebut. Bayi tersebut sempat dikira telah meninggal, namun dia meyakinkan perempuan lain agar mau menyusui bayi tersebut sambil membelai-belainya, karena sang ibu si bayi sedang dalam kondisi kritis. Namun tak ada satupun perempuan yang mau menyusui dan menyentuh bayi tersebut, sebab diyakini ruh bayi tersebut akan terus menghantui mereka. Akhirnya, dia ambil keputusan untuk menyusui sendiri bayi tersebut. Padahal si perawat ini berasal dari kasta tinggi.
Dua kisah ini hanya secuil dari banyak kisah lainnya yang bakal membuat kita terharu sekaligus geram bagaimana kehidupan perempuan masih berada dalam kungkungan sistem sosial yang tidak adil. Nyaris di setiap bab kita akan disajikan dengan kisah-kisah yang miris dan pilu tentang kehidupan perempuan, khususnya dalam hal ruang mereka mengakses fasilitas kesehatan.
Buku yang menarik dan menginspirasi. Bacalah!
Tambahkan Komentar