Readtimes.id– Bom bunuh diri merupakan perbuatan seseorang yang secara sengaja meledakkan alat peledak untuk menimbulkan kerusakan. Bom bunuh diri biasanya tidak memandang siapa sasaran yang dituju. Warga sipil, petugas keamanan, pejabat dan tentunya diri mereka sendiri. Perilaku bom bunuh diri tentunya punya sebab mengapa berani menjalankan aksinya. Karena tiada akibat melainkan sebab.
Di Indonesia bom bunuh diri kerap kali terjadi dan lumayan memakan korban. Kita sama-sama tahu tentang tragedi bom Bali I pada 12 Oktober 2012 dengan korban meninggal sebanyak 202 jiwa dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Bom Kedubes Australia di Jakarta pada 9 September 2004 yang menelan 9 korban jiwa dan melukai lebih dari 180 orang lainnya. Baru baru ini, di Makassar terjadi bom bunuh diri tepat di depan Gereja Katedral pada 28 Maret 2021 yang menewaskan dua orang pelaku dan melukai 15 orang.
Sitti Annisa M Harusi, M.Psi., mengatakan dari kacamata psikologi, setiap perilaku pasti mempunyai penyebab atau motif. Motif itu berasal dari pikiran, motivasi, ataupun emosi. Jadi bisa dikatakan perilaku pelaku teror akhirnya melakukan aksi teror karena pikiran, motivasi ataupun emosi juga berubah dari apa yang sebelumnya dimiliki.
Keunikan manusia terletak di sana. Sepanjang hidup banyak hal yang dapat menjadi penyebab berubahnya suatu pola pikir atau adanya motivasi tambahan yang kemudian mempengaruhi emosinya.
“Tidak bisa dikatakan bahwa motif pelaku teror adalah agama karena ada kasus dimana pelaku teror motivasinya lain yaitu financial atau ras,” jelas Annisa.
Apakah perilaku kekerasan atau perilaku teror erat kaitannya dengan penyakit jiwa?
Tidak selalu berkaitan. Walau, dibeberapa kasus hal tersebut berkaitan, contohnya pelaku pembunuhan, khususnya pembunuh berantai. Tapi di beberapa kasus, pelakunya tidak memiliki riwayat gangguan kejiwaan.
Dalam menyikapi kejadian teror yang ada, perlu untuk memandang dari setiap sudut pandang dan tidak langsung menyimpulkan tanpa ada fakta yang jelas. Kita juga sebaiknya membaca sumber informasi yang terpercaya dan tidak langsung mempercayai hoax.
“Ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, dan pikiran atau perasaan lainnya yang muncul setelah kejadian teror adalah hal yang wajar dialami oleh setiap masyarakat, khususnya yang langsung menyaksikan. Namun, ada bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater yang dapat memberikan bantuan dalam rangka mengatasi kondisi-kondisi psikologis yang muncul setelah kejadian tersebut,” tutup Annisa kepada tim Readtimes.id
#Kesehatan #Bombunuhdiri #Psikolog
2 Komentar