RT - readtimes.id

Yang Tersisa dari yang Bukan Prioritas

Readtimes.id– Pemerintah telah mengumumkan akan mengirim total 476 atlet dari 31 cabang olahraga pada SEA Games Vietnam, Mei nanti. Namun, jumlah tersebut bukanlah jumlah pada awalnya. Sejatinya, angka tersebut merupakan hasil perampingan, yang pada mulanya direncanakan 841 atlet dari 52 cabang.

Perampingan tersebut bukan tanpa alasan. Telah dikemukakan oleh ketua tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPON), Prof. Dr. Moch. Asmawi, keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti tidak ada rekam jejak prestasi, tidak berpeluang medali, dan memiliki permasalahan organisasi.

Salah satu yang menjadi sorotan dari peristiwa tersebut adalah tidak diikutsertakannya timnas futsal putra Indonesia dan hanya mengirim tim futsal putri. Namun, setelah apa yang ditunjukkan pada piala AFF futsal di Thailand kemarin, mendadak Kemenpora meralat keputusannya dan malah memilih memberangkatkan tim putra ketimbang tim wanita.

Tidak berhenti sampai di situ, keputusan perampingan tersebut juga menuai pertanyaan saat cabang esports untuk nomor Arena of Valor (AoV) juga dibatalkan keikutsertaannya, padahal AoV merupakan salah satu dari dua cabang esports yang turut menyumbang medali di SEA Games 2019 lalu.

Baca Juga: Persimpangan Jalan Para Kartini Olahraga

Selain penghapusan sejumlah nomor, tim Kemenpora juga menghapus beberapa atlet dengan mempertimbangkan apa yang diutarakan oleh ketua tim review PPON. Salah satu atlet yang dihapus tersebut adalah atlet senam ritmik, Sutjiati Narendra.

Sutji merupakan atlet yang lahir dan besar di New York, Amerika Serikat. Ia sudah menyukai senam sedari kecil dan senantiasa berlatih hingga ia berhasil lolos masuk tim pesenam junior nasional Amerika.

Meski banyak mendulang prestasi saat membela Amerika, Sutjiati pada akhirnya memilih Indonesia dan bergabung bersama tim Provinsi Lampung guna mengikuti PON XX. Pada ajang yang diadakan di Papua tersebut, ia berhasil menyumbang 2 medali emas dan 1 perak.

Latar belakang prestasi yang dimiliki pesenam 18 tahun tersebut pun pada akhirnya menarik perhatian sejumlah kalangan dan mempertanyakan pertimbangan yang diambil oleh tim review.

Lewat sejumlah kasus yang terjadi, salah satu perkara yang masih perlu dibenahi di sektor olahraga Indonesia adalah pembinaan dan penanganannya yang seringkali menjadi hambatan untuk perkembangan para atlet. Di lain sisi, mereka terus menerus dituntut menjadi pabrik prestasi di tengah minimnya perhatian dari para pemangku kebijakan.

Editor: Ramdha Mawaddha

Jabal Rachmat Hidayatullah

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: