RT - readtimes.id

Impor Kedelai dan Janji Jokowi Soal Swasembada

Readtimes.id – Melonjaknya harga kedelai membawa ingatan publik pada masa-masa kampanye pilpres Joko Widodo (Jokowi) tahun 2014 silam. Tepatnya di Cianjur, Jawa Barat, Jokowi menyinggung soal swasembada kedelai dan impornya yang bisa dibatasi.

Entah karena kampanyenya itu, atau karena hal lain, Jokowi berhasil merebut kursi kepresidenan. Di periode pertama, Jokowi kembali menegaskan bakal mencopot Menteri Pertanian jika dalam jangka waktu 3 tahun Indonesia belum swasembada pangan.

Dalam Renstra Kementrian Pertanian tahun 2015-2019 disebutkan sektor pertanian menjadi sektor penting dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional. Agenda prioritas Kabinet Kerja “NAWACITA” mengarahkan pembangunan pertanian untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan swasembada padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah serta peningkatan produksi gula dan daging. Khusus kedelai, swasembada bisa dicapai paling lambat tahun 2020.

Namun, sudah tahun 2021, atau periode kedua kepemimpinan mantan gubernur Jakarta itu, sewasembada tak kunjung terwujud. Juga, tak satupun Menteri Pertanian dicopot karena alasan itu.

Menteri Amran Sulaiman tetap menjabat hingga akhi periode pertama. Menteri Syahrul Yasin Limpo yang didapuk sejak awal periode kedua juga masih menjabat hingga kini. Sementara, harga kedelai terus naik seiring menurunnya produktivitas setiap tahun.

Kedaulatan pangan kedelai seolah tinggal wacana. Bukannya swasembada, impor kedelai justru terus meningkat. Tahun ini, Kementan memperkirakan impor kedelai mencapai 2.6 juta ton, naik dari tahun lalu yang 2.4 juta ton. Sementara realisasi poduksi kedelai tahun 2019 mencapai 0,42 juta ton, atau mengalami penurunan sebesar 34.74% dari produksi tahun 2018.

Seperti diketahui, masalah kedelai ini adalah masalah produktivitas kedelai dalam negeri yang tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi. Kajian Kementerian Perdagangan dalam Outlook pangan 2015-2019 menyebutkan konsumsi meningkat rata-rata 1.73% setiap tahunnya

Kajian Kementan juga mencatat rendahnya produksi kedelai disebabkan antara lain oleh jumlah benih unggul yang didistribusikan ke lapangan tidak memadai. Selain itu petani belum bersemangat mengembangkan komoditas kedelai, karena harga jualnya belum memberikan keuntungan yang layak.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, dalam rapat dengar pendapat bersama DPR RI Januari lalu, mengatakan kunci untuk meningkatkan produktivitas kedelai adalah benih unggul dengan pengawalan ketat.

Dia juga menegaskan tahun ini pihaknya sudah menyiapkan 325 ribu hektar untuk meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Lahan itu akan tersebar di Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Lampung, Jambi dan Banten.


Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: