RT - readtimes.id

Kisah Gagal Bisnis Sarang Walet

Readtimes.id – Bangunan 2 tingkat berjejer di sepanjang Jalan KH. Abdul Hamid, Kecamatan Tanete Riattang, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Sekilas bangunan-bangunan itu tampak mirip dari jauh. Sepi tak berpenghuni.

Sepi, lantaran bangunan itu tak diperuntukkan rumah tinggal, melainkan untuk memancing burung wallet bersarang. Bisnis sarang burung wallet memang lagi naik daun.

Permintaan ekspornya beberapa tahun terakhir cukup tinggi. China, salah satu langganan sarang walet Indonesia, berani membayar 25 – 40 juta per kilo gramnya.

Tapi, keberuntungan itu tak berlaku untuk Usman (45). Personil TNI AD ini membangun lantai 2 rumahnya untuk memulai bisnis sarang wallet 4 tahun yang lalu. Namun hingga kini walet-walet tak juga mampir. Yang terdengar hanya kicauan burung wallet dari tape recorder.

Nasib sama juga menimpa Haji Kahar (47). Dia dan keluarganya bahkan pindah tinggal ke rumahnya yang lain, beberapa kilometer dari rumah waletnya. Menurutnya mungkin wallet takut mampir jika bangunan dihuni manusia. Tapi pengorbanannya itu tak juga berbuah hasil.

Begitu juga dengan Bustanul (31). Karyawan Bank Indonesia itu, saat ditemui beberapa waktu lalu, mengaku telah menghabiskan sekitar 150 juta rupiah untuk membangun rumah walet di kampung halamannya, Kecamatan Kajuara Kabupaten Bone.

Bahkan, saat membangun rumah itu, dia sudah berkonsultasi panjang dengan pamannya yang telah lebih dulu sukses di bisnis yang sama. Namun lagi-lagi, walet-walet tak kunjung bermukim.

“Sepertinya, harus coba bisnis lain,” ujarnya tersenyum kecil.

Menurut banyak sumber, kegagalan bisnis sarang walet bisa disebabkan beberapa faktor. Biasanya pebisnis walet pemula salah mendesain saat membangun rumah walet. Selain itu ada juga faktor alam, Jumlah rumah-rumah walet berkembang lebih banyak dari populasi walet itu sendiri.

Avatar

Ona Mariani

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: