Readtimes.id – Masyarakat China percaya makanan yang diolah dari sarang burung wallet adalah makanan para kaisar. Selain itu, sejumlah akademisi China juga telah meneliti sarang burung wallet dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta intelektualitas janin bagi ibu hamil.
Kepercayaan, dan hasil penelitian ilmiah ini, secara langsung mendongkrak ekspor sarang wallet dari Indonesia. Menurut Duta Besar RI untuk RRC, Djauhari Oratmangun, Indonesia saat ini menguasai 74 persen pasar sarang burung wallet di negeri tirai bambu itu. China berani membayar 25 juta hingga 40 juta untuk per kilo gramnya.
Untuk tahun 2020 saja, Indonesia berhasil mengekspor sarang wallet Indonesia ke China mencapai angka 28,9 triliun rupiah, atau sebanyak 1.155 ton. Jumlah itu naik dari 2.13 persen dari tahun 2019.
Indonesia tercatat sebagai produsen sarang wallet terbesar di dunia. Data Kementerian Perdagangan menyebut sepertiga pasar sarang wallet di dunia dikuasai Indonesia.
Tapi ternyata, angka ekspor sebesar itu bukan angka maksimal. Bisa jauh lebih tinggi lagi. Menteri Perdagangan M. Lutfi mengatakan, nilai ekspor setahun bisa maksimal 500 triliun rupiah.
Dimana masalahnya?
Untuk mengekspor sarang burung wallet, calon eksportir harus memiliki izin Eksportir Terdaftar Sarang Burng Walet hingga tergistrasi oleh otoritas karantina pertanian China atau GACC (General Administration of Customs of the People’s Republic of China).
Saat ini, dari sekian banyak eksportir dari Indonesia, yang mengantongi izin tersebut baru 23 eksportir. Sianya mengekspor lewat jalur non resmi (ilegal), melalui Hongkong atau Vietnam. Harga komoditas melalui jalur ini rendah, bahkan ada yang 600 ribu per kilogramnya. Padahal, kuantitasnya 4 hingg 5 kali lebih banyak dari jalur resmi.
Jadi, tugas semua pihak, terutama pemerintah, mendorong pengetatan jalur ekspor resmi sarang wallet, termasuk penetapan standar harga terendah.
Tambahkan Komentar