Readtimes.id– Jika Harry Burns dan Sally Albright dalam film When Harry Met Selly pada akhirnya ditakdirkan bersama, maka Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri harus berpisah sebab takdir tak memberi izinnya.
Cerita yang sejatinya masih koma itu dipaksa menemui titiknya. Demikianlah, Sitti Nurbaya dikisahkan dalam sebuah novel karangan Marah Roesli. Salah satu novel melegenda yang pernah diterbitkan Balai Pustaka.
Cerita melegenda tentu sulit hilang dari ingatan, terlebih bagi mereka generasi muda yang hidup pada 1920-an hingga sekarang. Pun kisah mereka tak pernah putus dibagikan, bahkan diajarkan di sekolah hingga perguruan tinggi.
Tidak salah bila Harris Nizam bersama Aletta Pictures dipercayakan untuk membuatnya dalam tampilan gambar bergerak. Ya, kisah mereka akan kita saksikan dalam layar lebar.
“Secara garis besar film ini sama dengan apa yang ada di dalam novelnya. Namun memang ada yang akan dikurangi dan ada yang diperbaiki. Tapi, dalam film ini, yang ditekankan adalah kisah Sitti dan Samsul Bahri,” kata Harris dalam keterangan lisannya kepada tim readtimes.id.
Lebih lanjut oleh Harris bahwa film ini akan banyak mengangkat sisi budaya lokal, khususnya di Sumatera Barat. Adat budaya seperti pernikahan, cara berpakaian hingga rumah panggung akan ditonjolkan melalui adat Minangkabau sebagaimana Sitti dalam Novel Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai.
“Kita juga menggunakan dialek orang Sumatera Barat dan beberapa dialog bahkan menggunakan Bahasa Minang. Begitu pula dengan latar waktu akan bermain pada tahun 1920-1922-an,” jelasnya.
Film Sitti Nurbaya mungkin akan sangat berbeda dengan hasil karya Harris sebelumnya yang lebih sering mengangkat cerita keluarga. Mungkin juga kita semua sudah tahu jalan cerita Sitti Nurbaya dan kekasihnya akan berakhir begitu tragis. Namun satu hal yang perlu kita ingat bahwa kita punya satu karya yang melegenda yakni Sitti Nurbaya. Selamat menunggu dan jangan melupakan sejarah.
524 Komentar