
Readtimes.id– Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menghantam Asia termasuk Korea Selatan (Korsel). Tidak hanya memaksa beberapa perusahaan besar untuk gulung tikar akibat pembengkakan hutang yang terjadi, persoalan ini berlanjut pada ketidakstabilan finansial hingga berujung bangkrut dan harus melanjutkan hidup dengan bayang-bayang hutang.
Di sisi lain negara harus bertanggungjawab atas krisis IMF(International Monetary Fund) yang terjadi di Korea Selatan. Dampaknya alokasi dana yang selama ini digelontorkan untuk kemaslahatan warga negara, harus ditekan termasuk dana untuk pendidikan di sekolah. Hingga akhirnya krisis moneter tidak lagi menghentakkan kepentingan umum dan berlanjut pada timbulnya masalah pribadi, keluarga hingga mimpi seseorang.
Secara logika, tak seorang pun akan menyangka serta menerima kejadian tersebut. Namun, Baek Yi Jin tidak bisa berbuat apa-apa ketika satu malam ia pulang ke rumah dan disambut dengan kabar paling mengerikan selama hidupnya. Rumah dan seisinya telah dilabeli dengan stiker penanda semuanya disita.
Perusahan milik ayahnya bangkrut dan hanya menyisakan perpisahan di keluarga Baek Yijin. Ayah dan ibunya terpaksa berpisah kemudian sang adik dititipkan ke kerabat dekat semantara Baek Yijin ditampar kenyataan bahwa kehidupannya kini berada pada titik paling rendah. Di usia dua puluh dua tahunnya saat itu ia harus bekerja untuk melanjutkan hidup dan mengenyampingkan segala mimpi-mimpi yang ada.
Namun kemudian Baek Yijin malah dipertemukan dengan sosok pemudi berumur 18 tahun bernama Na Hee Do. Ia adalah seorang anggota klub olahraga anggar (fencing) yang juga terancam akibat kebijakan IMF di masa itu. Pengumuman tentang pembubaran klub di hampir semua cabang olahraga termasuk fencing seakan menghancurkan mimpi yang selama ini dibangunnya.
Dunia Hee Do seketika runtuh, keyakinan yang ia pegang terpatahkan oleh keadaan. Bahwa kehilangan hanya dialami oleh orang dewasa dan itu tidak berlaku untuk dirinya bahkan untuk mimpi dan kegemaran miliknya.
Mengalami permasalahan dari akar yang sama akibat krisis moneter 98 di Korea Selatan, karakter Na Hee Do dan Baek Yijin justru menjelma obat satu sama lain. Mereka saling menyadarkan tentang sesulit apapun untuk menerima tetap saja permasalahan yang sedang dihadapi memanglah nyata. Bahwa, di masa itu tidak hanya mimpi, uang dan keluarga pun bisa direnggut oleh keadaan. Bahkan jika itu terjadi, ketiga hal penting di atas bisa direnggut sekaligus kapanpun itu.
Dibintangi oleh Kim Tae Ri dan Nam Joo Hyuk, Drama ini menggambarkan bagaimana kondisi Korea Selatan dari sudut pandang anak muda yang terdampak krisis moneter di tahun 1998. Disutradarai dan ditulis oleh Jung Ji-Hyun dan Kwon Do-Eun, keduanya mengemas drama ini dengan memadukan tragedi dan komedi. Dimana tragedi hidup akan jauh lebih mudah dihadapi jika menganggapnya sebagai komedi hidup untuk ditertawakan.
“Twenty Five-Twenty One” bisa disaksikan melalui layanan streaming Netflix. Drama ini telah menayangkan 6 episode terhitung sejak tanggal 12 Februari 2022 dan berhasil mendapatkan rating Nationwide sebesar 9.817% (Asianwiki).
Editor: Ramdha Mawaddha
Tambahkan Komentar