RT - readtimes.id

Senyap, Mencari Keadilan di Negeri Bisu

Readtimes.id– Dengan memanfaatkan operasi militer G30S sebagai dalih Jendral Suharto menggulingkan Presiden Soekarno, pendukung Soekarno, anggota partai komunis, serikat buruh dan tani, serta cendikiawan dituduh terlibat G30S.

Dalam satu tahun, lebih dari satu juta komunis dibantai dan para pembantai itu masih berkuasa sampai hari ini.

Sebuah catatan awal dalam film Senyap oleh sutradara Joshua Oppenheimer itu secara langsung memberitahu penontonnya tentang apa yang menjadi sorot kamera itu menuju.

Mengangkat kisah seorang pria bernama Adi yang merupakan adik dari korban operasi militer atas gerakan G30S. Demi memperoleh keadilan atas kejadian yang menewaskan kakaknya, Adi menelusuri para pelaku G30S.

G30S ialah peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia yang terjadi pada 30 September di tahun 1965. Gerakan ini mengincar mereka yang terindikasi mendukung komunis. Namun, dalam sejarah mencatat bahwa kejadian ini adalah pembunuhan massal hingga menewaskan mereka yang sejatinya tidak bersalah.

Pada akhirnya film Senyap memberi pesan kepada para penontonnya melalui kisah seorang Adi. Bahwa para pelaku pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Indonesia itu masih bisa melenggak-lenggok di kursi kekuasaan hingga hari ini. Mereka bebas hidup setelah membantai orang yang tak bersalah tanpa menoleh ke belakang betapa kelamnya hidup dalam bayang-bayang kematian.

Film Senyap pertama kali rilis di Venezia pada tanggal 28 Agustus 2014. Kemudian di Indonesia  pada tanggal 10 November 2014 dan tayang di beberapa festival film bergengsi di dunia. Film ini memenangkan beberapa penghargaan seperti FIPRESCI Award, Robert Award, dan Satellite Award. Selain itu, film ini juga berhasil masuk ke dalam nominasi Oscar di tahun 2016.

Kamu bisa menyaksikan film dokumenter ini di kanal YouTube Jagal Senyap. Selamat menyaksikan.

Editor: Ramdha Mawaddha

Ayu Ambarwati

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: