RT - readtimes.id

“De Toeng; Misteri Ayunan Nenek”

Setiap kita pasti memiliki kenangan tentang kisah ayunan dan lagu pengantar tidur yang pendendang utamanya adalah nenek kita sendiri. Tentu cerita ayunan dan suara lembut nenek adalah bagian dari kisah kebahagian masa lalu yang setiap orang miliki. Lalu, bagaimana jika kenangan bahagia akan ayunan dan lagu pengantar tidur nenek, berubah menjadi misteri, horror bahkan teror?

Februari di tengah pandemi, akhirnya kita di suguhi lagi dengan sebuah film karya anak bangsa, “De Toeng; Misteri Ayunan Nenek”. Film bergenre Thriller Horror ini bercerita tentang kehidupan keluarga kecil seorang dokter Zaldy yang mesti menjalankan tugas sebagai manteri kesehatan desa di Bukit Toeng, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan.

Dokter Zaldy yang harus pindah dari Makassar beserta Hanum, istrinya dan Rania anak mereka yang baru berumur 5 tahun, mula-mula merasa bahagia akan sambutan hangat warga desa bukit Toeng. Sampai akhirnya misteri ayunan dan kehadiran seorang nenek meneror kehidupan keluarga kecil dokter Zaldy .

Film yang berlatar cerita asli dari masyarakat Kampung Tanetea ( Bukit Toeng ), Kelurahan Bontorannu, Kecamatan Bangkala, sekitar 30 km sebelah barat Kabupaten Jeneponto atau 90 kilometer dari Kota Makassar ini kaya akan epik cerita kearifan lokal makassar. Berbagai pesan budaya seperti Siri, ritual Barasanji, Apasili (tolak bala) bahkan Apiraung (menangisi kematian orang yang dicintai ini khas Jeneponto) hadir secara epik dalam kisah De Toeng.

“Film ini, tidak hanya hendak menyajikan cerita atau kisah horror, tapi kami ingin membawa pesan budaya yang pada masa lalu melekat dalam kultur budaya makassar, seperti kebiasaan Royong ketika orang tua menidurkan anak bersama nyanyian khas sebagai pengantar tidur yang jika digali lewat lirik-lirik lagu tersebut, orang tua mewariskan nilai-nilai kearifan budaya kepada anak-anak mereka”, jelas Bayu Pamungkas sutradara sekaligus penulis skenario film De Toeng; Misteri Ayunan Nenek kepada readtimes.id.

Bayu juga menekankan kehadiran Film De Toeng adalah sarana untuk menumbuhkan daya saing film nasional. Buktinya saat ini, di sejumlah bioskop di kota Makassar film ini telah mampu menarik penonton yang cukup besar dan mengalahkan jumlah penonton film baru seperti Tenet dan Vanguard.

Tenang saja, buat kamu yang berada diluar makassar film ini diputar di 120 layar bioskop di seluruh Indonesia. Lalu tunggu apa lagi, di akhir pekan saat ini adalah waktu yang baik untuk segera ke bioskop terdekat. Tapi jangan lupa, patuhi protokol kesehatan karena kita masih di musim pandemi.

Fransiska Ignasia

Tambahkan Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: