Readtimes.id– “Darlings” membuka ceritanya dengan musik riang yang selaras dengan wajah gembira Badru, si pemeran utama. Langkah Badru menuntun ia menelusuri jalan kota pada malam hari, ia sedang menunggu Hamza kekasihnya. Malam itu pula ia memutuskan untuk menikah.
Demikianlah Badru akhirnya menikah dengan Hamza. Memasuki tiga tahun pernikahan, tentu banyak cerita yang akhirnya tercipta dari keluarga kecil Badru. Cerita itu kemudian bermula ketika Badru dan Hamza sedang menikmati sarapan pagi. Tak disangka Hamza mengunyah batu di sela-sela sesi sarapan mereka.
Alih-alih menyantap sarapan dengan tenang, suasana malah menjadi tegang sebab wajah Hamza kini berubah marah. Hamzah menjadi bringas bak hilang kesadaran.
Nyatanya tiga tahun pernikahan, Badru menerima perlakuan tak adil dari suaminya sendiri. Hamza tak segan melakukan kekerasan dengan berbagai bentuk. Ia mendapatkan hantaman berulang kali dari suaminya, bahkan tak jarang dicekik hanya karena masalah sepele. Tindakan kekerasan Hamza semakin tidak masuk akal ketika ia sedang mabuk dan Badru harus menerima itu dengan mulut terbungkam.
Badru bungkam bukan tanpa alasan, setiap menerima kekerasan, Hamza tak henti meminta maaf dan melontarkan janji semu setelahnya.
Disisi lain Badru punya harapan yang menyerupai ilusi maaf Hamza. Bahwa ia mampu mengubah sikap suaminya dengan cara apapun, termasuk memaafkan Hamza untuk kesekian kali.
Sebuah alur cerita dengan visual yang berani dari sutradara Jasmeet K. Reen. Realitas korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang didominasi oleh sosok perempuan. Sebuah topik yang nyaris tidak pernah tidak kita jumpai di seluruh dunia. Dimana, korban seringkali sulit keluar dari persoalan kekerasan dalam lingkup domestik ini.
Dalam film berdurasi 2 jam 14 menit ini, tidak hanya memvisualkan realitas perempuan sebagai korban. “Darlings” juga turut menjelaskan aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi kebimbangan perempuan untuk keluar dari jerat kekerasan dalam lingkup domestik.
Sosok Badru diperankan oleh Alia Bhatt menggambarkan kondisi perempuan sebagai korban kekerasan yang memiliki banyak aspek mengapa korban sulit keluar dari masalah KDRT ini. Seperti yang kita ketahui, sejak dulu perempuan sudah dibebani untuk sekiranya menjaga moral hingga kehormatan keluarga.
Film ini kemudian menyajikan luka masa lalu Badru akan ayahnya yang juga melakukan kekerasan terhadap sang ibu. Hal itu membuat Badru semakin sulit melepaskan diri dari suami. Sebab Badru sudah punya gambaran bahwa keluarga yang sempurna adalah keluarga yang utuh.
Tidak berhenti sampai di situ, korban tidak hanya bergelut dengan budaya yang mengekang, namun menjalar hingga pendampingan hukum yang lemah. Adegan Badru menemui polisi untuk melaporkan tindakan kekerasan suaminya malah mendapatkan respon timpang dan cenderung menyalahkan Badru sebagai korban. Akibatnya, Badru mencabut gugatan dan kembali melanjutkan hidup bersama Hamza.
Di Indonesia sendiri, kasus serupa sudah menjadi topik paling ramai yang disajikan oleh media. Sayangnya beberapa media mengemasnya secara brutal dengan membuat narasi-narasi yang menyudutkan korban.
Beberapa hari belakangan, kasus kekerasan yang dialami pesohor Lesti Kejora menggemparkan masyarakat Indonesia. Keputusan Lesti mencabut gugatan dan memaafkan sang suami seketika menjadi kekecewaan berjamaah. Padahal keputusan Lesti tersebut bisa melahirkan pertanyaan tentang bagaimana pendampingan hukum terhadap korban kasus KDRT selama ini.
Apakah kemudian senada dengan cerita yang disuguhkan dalam film “Darlings” atau malah sebaliknya?
Untuk memperoleh gambaran jelas, kamu bisa menyaksikan “Darlings” secara tuntas di Netflix. Film yang rilis tahun 2022 ini tidak hanya menggambarkan kondisi korban yang mengalami KDRT. “Darlings” juga akan memberi konklusi epik akan bagaimana korban berhasil lepas dari cengkraman pelaku.
Dibintangi oleh Alia Bhatt, Vijay Varma, Shefali Shah dan Roshan Mathew , film ini bisa kamu nikmati di layanan streaming Netflix Indonesia.
Selamat menyaksikan.
Editor: Ramdha Mawaddha
38 Komentar