Readtimes.id- Penikmat film Indonesia sudah tahu belum tentang film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak? Film yang disebut sebagai satay western ini adalah karya dari sutradara perempuan Mouly Surya. Film Marlina mengambil tempat di daerah eksotis Sumba Indonesia. Dengan jelas film ini memotret perempuan dari angle yang berbeda. Tak jarang perempuan ditemukan dalam kondisi tak berdaya di banyak film Indonesia. Namun, Marlina adalah kontras dari pemandangan tersebut.
Marlina ialah janda yang tinggal berdua dengan mumi suaminya. Suatu ketika terusik oleh kedatang Markus si gundik tua. Dari Markus, ia tahu kalau sebentar lagi sesuatu yang buruk akan terjadi. Ternak Marlina dirampok dan ia diperkosa.
Misi penyelamatan diri membawa cerita ini pada empat segmen seperti ditemukan dalam judulnya. Pertama dimana kejadian itu bermula, kedua dalam pengejaran, ketiga meminta keadilan dan terakhir yang belum berakhir.
Dalam empat babak Marlina banyak menguak kehidupan sosial dari pedalaman Indonesia. Seusai Marlina menuntaskan balas dendamnya ia bergegas melaporkan kejahatan yang telah dilakukan kepada dirinya.
Akses kendaraan yang susah dan hanya bisa dilalui truk untuk sampai ke kota mengharuskan Marlina menunggu agar bisa sampai ke kantor polisi. Dalam perjalanan ia bertemu Novi si ibu hamil sepuluh bulan yang kebetulan adalah tetangga dari Marlina. Dalam film dan seorang “mama” yang kemudian menyaksikan Marlina diburu oleh dua orang lelaki dari pihak Markus. Dalam perburuan tersebut satu nyawa melayang ialah sopir truk.
Lain lagi saat tiba di kantor polisi, Marlina harus berurusan dengan kata “menunggu” karena keadaan. Polisi terkesan menggampangkan kasus kekerasan yang dialami Marlina semakin menggambarkan acuh tak acuhnya penegak hukum.
“Kasus ini harus ada olah TKP,” kata pak polisi santai.
“Kapan baru bisa?” Tanya Marlina.
“Besok, kalau bukan lusa,” jawab polisi.
Percakapan di atas ialah gambaran akan akses transportasi yang kurang memadai serta instrumen dalam mengusut sebuah kasus pemerkosaan belum ada dan harus menunggu sesuai waktu yang diperkirakan.
Misi penyelamatan diri Marlina belum usai namun kondisi memaksanya kembali. Novi menjadi sandera salah seorang dari pengejar Marlina. Novi diperintah agar Marlina segera pulang ke rumah. Marlina mengindahkan dan kejadian hari itu terulang kembali.
Film Marlina adalah wajah baru dalam perfilman Indonesia. Hampir tidak ditemukan film dengan gaya serupa. Diiringi musik khas daerah membuat film ini terkesan santai dan mencekam dalam satu waktu akibat adegan keperkasaan Marlina dipertontonkan. Bahasa yang digunakan pun adalah bahasa daerah setempat sehingga menambah keunikan film ini.
Sayangnya, Marlina kurang dilirik di negeri sendiri justru dari luar lah film Marlina diapresiasi. Film ini berhasil menyita perhatian di kancah festival film internasional, seperti Vancouver International Film Festival, Sitges International Fantastic Film Festival, Busan International Film Festival, dan mendapat sambutan hangat dari penonton di Quinzaine des réalisateurs (Directors’ Fortnight) yang berlangsung paralel dengan Cannes Film Festival 2017. Dalam ajang Asian World Film Festival (AWFF) 2018 yang berlangsung di Culver City, California, Amerika Serikat Marlina berhasil lolos menjadi salah satu dari tujuh yang terbaik di antara 17 film yang dikompetisikan.
Baca juga: https://readtimes.id/silenced-2011-kejahatan-yang-diabaikan/
429 Komentar