Indonesia Raya
Merdeka! Merdeka!
Tanahku Negeriku
Yang ku cinta
Indonesia Raya
Merdeka! Merdeka!
Hiduplah
Indonesia Raya
Readtimes.id– Bagi Anda yang membaca sambil berdendang dalam hati, bisa jadi adalah pasukan paduan suara di saat upacara ketika sekolah dulu. Atau mungkin saja anggota dari grup paduan suara yang sudah hafal mati tentang teknik menyanyikan lagu di atas. Iya betul, itu adalah penggalan lirik “Indonesia Raya” yang setia mengiringi pengibaran bendera merah putih dalam sebuah upacara.
Seperti yang sudah tertanam dalam ingatan kita, lagu Indonesia Raya adalah karya dari komponis WR Supratman. Tapi, apakah anda tahu atau pernah mencari tahu siapa WR Supratman? Atau setidaknya penasaran akan cerita di balik terciptanya lagu kebangsaan ini? Atau pertanyaan paling gampang tentang apa kepanjangan dari WR, dua huruf kapital sebelum Supratman?
Melalui film Wage pertanyaan itu bisa terjawab. Disutradarai oleh John De Rantau, film ini menyuguhkan tokoh berbeda dari sejarah Indonesia. Jika biasanya kita mengenal pahlawan dari sisi pemikir hingga tentara untuk melawan penjajah, maka Wage menempuh jalan berbeda yakni dengan musik.
Film Wage memulainya dengan kisah pilu dari seorang Wage Rudolf Soepratman (Rendra Bagus Pamungkas). Di masa kecilnya, ia sering mendapatkan tindak kekerasan oleh sang bapak yang juga adalah seorang prajurit KNIL dan harus ditinggal mati oleh sang ibu. Kejadian tidak mengenakkan dialami Wage itu kemudian membawa ia merantau oleh kakaknya ke Makassar yang bersuamikan seorang Belanda dan dipelihara hingga dewasa.
Bakat musik Wage, telah terlihat sejak kecil dan diajarkan oleh seorang Belanda. Bakat musiknya membawanya menjadi musisi kafe tempat hiburan orang-orang Belanda. Grup musik Black and White yang digawanginya selalu bermain di kafe tersebut hingga suatu saat dia dilarang bermain lagi hanya karena dia pribumi dan ikut dalam pergerakan.
Ternyata aktivitas Wage dalam pergerakan telah diawasiagen polisi Belanda Fritz (Teuku Rifnu Wikana) seorang Indonesia Belanda. Tidak hanya karena ikut dalam pergerakan, Wage dianggap mengancam dan berbahaya karena karya miliknya mampu menggugah dan membuat membara jiwa orang yang mendengarnya.
Menariknya, Fritz si polisi Belanda terlihat tidak mudah menangkap Wage bahkan saat ada kesempatan. Hal itu bisa jadi karena Fritz yang pada dasarnya juga keturunan Indonesia bahkan terlena dengan karya sang komponis kita.
Apakah demikian adanya? Silahkan saksikan sendiri sebelum lagunya dikumandangkan pada 17 Agustus mendatang. Selamat menyimak kisah sang komponis!
Editor: Ramdha Mawaddha
476 Komentar