RT - readtimes.id

The Silent Child, Harapan Kesetaraan untuk Penyandang Tuli

Readtimes.id– Suara kayuhan sepeda berpadu dengan cuitan burung di angkasa seakan memberi dukungan pada Joanne menemui tujuannya. Pekerja sosial itu sedang dalam perjalan ke sebuah rumah dari keluarga yang memilki anak tuli, Libby.

Libby adalah anak perempuan berusia enam tahun yang kehilangan pendengaran sejak lahir. Selama hidup ia hanya berteman dengan sunyi. Ia tak juga menggunakan bahasa isyarat sebab di rumahnya seluruh anggota keluarga tidak ada yang tahu tentang bahasa isyarat.

Kedua orang tua Libby, Paul dan Suzanne, sangat sibuk dan terkesan lebih memperhatikan kedua saudara Libby yang normal. Alasan utama mereka menyewa pekerja sosial adalah semata ingin mempersiapkan Libby untuk masuk ke sekolah dengan penuh keberanian.

Namun, siapa sangka kedatangan Joanne justru membawa warna baru bagi hidup Libby. Berkat pelatihnya itu ia mampu berkomunikasi tidak melalui mulut namun melalui gerakan yang mengisyaratkan sesuatu. Libby merasa lebih hidup dan memiliki orang yang ia cintai.

Hubungan Joanne dan Libby berdampak baik pada perkembangan kemampuan komunikasi Libby. Sayangnya hal itu tidak disambut baik oleh orang tua Libby, terutama sang ibu. Ia memutuskan untuk memasukkan Libby ke sekolah dengan tujuan anaknya bisa hidup normal. 

Suzanne dengan tegas beralasan bahwa ialah ibu kandung Libby dan tahu apa yang terbaik untuknya. Ia tahu bahwa tidak semua sekolah mengetahui dan menggunakan bahasa isyarat kepada siswa tuli. Yang dibutuhkan Libby bukanlah sekolah atau pengakuan orang lain bahwa ia normal, namun penerimaan oleh keluarga bahwa ia adalah anak tuli.

Berangkat dari Kisah Nyata

Film pendek pemenang Oscar kategori Short Film ini ditulis sendiri oleh Rachel Shenton, pemeran Joanne sang pekerja sosial.  Film ini ternyata juga disutradarai oleh pasangan Shenton, Chris Overton.

Mengangkat tema “tuli” melalui The Silent Child sebenarnya tidak jauh dari kehidupan Shenton. Saat masih berumur dua belas tahun, ayahnya sakit dan harus menjalani kemoterapi. Sang ayah harus kehilangan pendengaran kemudian meninggal dunia dua tahun setelahnya. 

Karena pengalaman semasa kecilnya itu, Shenton sangat konsen dengan apapun yang berhubungan dengan orang tuli. Ia kemudian belajar bahasa isyarat. Tidak hanya itu, saat ini Shenton menjadi duta The National Deaf Children’s Society (Lembaga Anak Tunarungu Nasional). Film The Silent Child juga merupakan wujud kepeduliannya terhadap orang tuli, terutama di negara asalnya, Inggris.

Dalam Film ini sebenarnya mengkritik tentang data yang disajikan di akhir film. Bahwa 90 persen anak tuli lahir dari orang tua yang bisa mendengar. Namun 78 persen dari anak tuli akhirnya bersekolah di sekolah umum yang tidak mendukung bagi mereka. Melalui film ini, terbesit harapan untuk para teman difabel, terutama teman tuli bisa mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan.

Ayu Ambarwati

4 Komentar

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: