Readtimes.id- Film horor merupakan salah satu genre yang digandrungi di Indonesia. Bahkan, jika berkaca pada daftar film terlaris sepanjang masa di Indonesia, 2 dari 3 film yang menyandang status terlaris adalah “KKN di Desa Penari” dan “Pengabdi Setan 2: Communion” dengan total penonton keduanya adalah sebesar 15,5. Jumlah yang luar biasa.
Minat masyarakat Indonesia pada film horor Tanah Air sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya kita yang masih banyak percaya pada hal-hal gaib dan supranatural, dua hal yang sangat lekat dengan kebudayaan kita.
Apalagi, film horor biasanya disajikan dengan bumbu jumpscare yang siap memacu adrenalin para penonton dan membuat sensasi menonton film jadi lebih seru. Hal yang sama juga disajikan oleh film “Keramat”.
Film yang dirilis tahun 2009 dan baru saja mendapatkan sekuelnya pada November tahun 2022 ini tengah menyita perhatian masyarakat di tengah naik daunya film horor Indonesia.
Hal tersebut tidak terlepas dari penceritaan yang disajikan oleh Monty Tiwa sutradara kondang Tanah Air yang menjadi pengarah pada film tersebut.
Masih seperti produksi awal pada 2009 film ini masih menggunakan format mokumenter yakni genre film yang sebenarnya cerita fiksi tetapi disajikan seperti sebuah dokumenter.
Sebuah format produksi film yang terbilang masih sedikit diadopsi oleh sutradara-sutradara Tanah Air dalam membuat film horor.
Pengambilan gambar yang menempatkan kamera sebagai sosok perekam aktivitas di belakang layar membuat film ini dapat meninggalkan kesan nyata kepada siapapun yang menyaksikan.
Hal ini tentu menjadi daya tarik yang lebih pada 2009 lalu, kala penetrasi internet yang masih kurang pada masa itu sehingga membuat orang-orang sulit untuk memastikan apakah “Keramat” adalah fiksi atau nyata. Ditambah lagi dengan pemeran yang umumnya dibintangi oleh pendatang baru saat itu menambah kesan jika film itu adalah dokumenter asli.
Kendati telah lewat satu dekade dan diproduksi kembali “Keramat” tetap menjadi karya Monty Tiwa yang khas dengan mokumenternya. Kesan nyata yang tegas, teror yang masih terasa, dan pertanyaan-pertanyaan setelah menonton film ini membuat “Keramat” senantiasa menjadi gambaran bahwa film ini masih memiliki daya pikat. Dan satu lagi bahwa untuk menakuti penonton sebuah film horor tidak perlu selalu bergantung pada jumpscare.
Selain itu kesuksesan “Keramat” juga akan menjadikan film ini sebagai pionir film horor dengan format mokumenter. Sehingga meski ke depannya ada film lain yang menggunakan format mokumenter, mereka hanya akan dianggap mengikuti “Keramat”, seperti yang terjadi pada”Te(Rekam)” yang disutradarai oleh Nayato Fio Nuala.
37 Komentar