Ayu Ambarwati
Readtimes.id– “Di matamu menemui kami yang terang, segala swara membuncah doa, tumbuhlah ampuh dan mampu,” menjadi awal mula mata itu berbicara. Seorang laki-laki yang sedang berkecamuk hatinya. Di hadapannya ada bahagia dan kesedihan, namun tak mampu ia utarakan. Ia harus melepaskan anaknya merantau demi menjemput asa.
Begitulah klimaks film pendek “We” yang seolah menjelma pesan, memberi kesan kepada mereka yang menyaksikan.
Disutradarai Aco Tenriyagelli, film ini adalah terjemahan lagu yang dilantunkan musisi Juang Manyala bersama Cholil dan Gardika Gigih. Harapan dan doa untuk anak dari orang tua. Demikian Juang Manyala menyampaikan maksud dari lagu yang juga bertajuk “We”.
“Saya menerjemahkan itu sebagai hubungan ayah dan anak. Seringkali ayah dipandang sebagai sosok yang keras, cuek yang sebenarnya itu adalah bentuk perhatian. Sosok ayah di sini adalah ayah saya,” terang Aco melalui pesan suara kepada readtimes.id.
Ayah dalam film “We” digambarkan sebagai sosok ayah yang kokoh. Ia senantiasa menjadi kuat di hadapan isteri dan anaknya. Potret itu terlihat ketika begitu tegarnya ia melepaskan sang anak merantau demi menjemput impiannya.
Akan tetapi di balik itu semua ada cela yang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Ia hanya menyampaikan itu lewat sorot mata yang menyisakan segudang tanda tanya. Di saat itulah ibu kemudian berperan menyampaikan pesan yang tak mampu diucapkan dari mulut yang kaku itu.
Diperankan Rifnu Wikana, sosok ayah itu berhasil membangkitkan memori mereka yang telah menyaksikan film ini. Ingatan akan sosok ayah yang sudah mendahului kita maupun mereka yang sedang berjarak dengan orang tua. Seakan menjadi alarm pengingat bahwa mereka ada dan akan selalu ada.
“Jika terlalu sibuk dengan kerjaan atau mungkin jenuh dengan situasi saat ini. Ya, ingat saja bahwa orang tua akan selalu menjadi rumah untuk kita pulang. Pulanglah,” tutup Aco.
Selamat menyaksikan.
Tambahkan Komentar