RT - readtimes.id

“Our Father” dan Arti Penting UU TPKS

Readtimes.id– Palu telah diketuk, keputusan sudah dibuat, dr. Donald Cline dihukum dengan membayar denda 500 dolar tanpa perlu menjalani kurungan. Putusan yang jelas di luar harapan penggugat yang menginginkan ia dihukum berat, namun ketiadaan aturan spesifik yang mengatur praktiknya. Pada hari itu, Donald Cline bisa bebas dari gugatan yang dilayangkan ‘anaknya’.

Ini bukan tentang kisah anak durhaka yang hendak memenjarakan orang tuanya. Kisah ini juga bukan tentang orang tua yang berbuat kekerasan rumah tangga, karena sejatinya, para “anak” tersebut memang tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa, atau tepatnya, tidak bisa memilih tercipta dari sperma siapa.

Film “Our Father” menceritakan perjalanan Jacoba Ballard mencari kebenaran tentang orang tua biologisnya. Berawal dari keraguan mengenai kondisi fisiknya yang berambut pirang dan bermata biru di keluarga dengan rambut dan mata gelap, Jacoba menemukan sebuah fakta mengerikan tentang asal usul dirinya.

Perjalanannya tersebut mengantarkannya pada seorang dokter kesuburan, dr. Donald Cline. Setelah mencocokkan DNA, ia terbukti merupakan anak biologis sang dokter. Setelahnya, terungkap bahwa Jacoba tidak sendiri. Setidaknya, ada 93 orang lain yang juga terlahir dari sperma sang dokter yang beroperasi di kota Indiana, Amerika Serikat.

Our father mengangkat kisah nyata yang berlatar mulai tahun 1970-an. Di tengah kegamangan hati para pasiennya yang menginginkan buah hati, sang dokter datang membawa keajaiban dalam bentuk tawaran donor sperma. Alih-alih dari pendonor yang mirip, sperma tersebut justru diambilnya dari milik sang dokter sendiri.

Praktik itu tidak ia lakukan sekali saja, namun berkali-kali hingga tak berhingga. Ironisnya, ketidaktahuan para orang tua tentang kebejatan sang dokter membawa petaka yang lebih besar. Para anak menderita penyakit turunan dari sang dokter yang membuat mereka menderita sepanjang waktu. Tidak hanya itu, ada beberapa anak yang pada akhirnya menjalin hubungan suami istri tanpa pernah sadar bahwa pasangannya adalah saudaranya sendiri.

Merasa orang tua mereka dilecehkan, Jacoba dan anak-anak yang lain pun mencari keadilan. Meski sulit pada awalnya, mereka akhirnya berhasil memaksa sang dokter untuk duduk di kursi pesakitan. Namun, jauh panggang dari api, harapan para anak tidak pernah terwujud.

Ketiadaan hukum spesifik yang mengatur praktik inseminasi ilegal pada akhirnya membuat sang dokter bisa bebas. Hal yang sama juga menjadi alasan kejaksaan menolak laporan para korban. Kebebasannya juga dikuatkan dengan dukungan dari penduduk lain dan komunitas gereja yang melihat ia sebagai pribadi yang baik.

Film ini menggambarkan pentingnya kode etik dan tanggung jawab merupakan hal yang senantiasa harus dipegang oleh mereka yang bekerja di berbagai bidang. Di sisi lain, dasar hukum yang pasti yang bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat yang sudah sering dihantui para predator seksual. Maka tidak heran jika disahkannya RUU TPKS sangat dibutuhkan untuk meletakkan fondasi dari penegakan hukum di dalam kasus pelecehan seksual.

Editor: Ramdha Mawaddha

Jabal Rachmat Hidayatullah

Follow Kami

Jangan biarkan infomasi penting dan mendalam dari kami terlewatkan! Ikuti sosmed kami: